Salah satu booth yang cukup tampil mencolok adalah booth milik G3N Project x Museum of Toys. Terlihat mencolok karena galeri seni tersebut menampilkan dua karya seni kontras.
Sebuah lukisan karya maestro lukis tanah air Basuki Abdullah berukuran jumbo diapit di tengah-tengah lukisan pop art berwarna ceria. Tak hanya itu, tampak juga patung-patung mainan berukuran 2 meter berbaris rapi di booth tersebut.
Kepala Galeri G3N Project Andry Permadi mengatakan, ini adalah kali pertama pihaknya ambil bagian dalam ArtMoments Jakarta.
"Kami tentu perlu tampil extravaganza dan tak biasa, supaya bisa mencuri perhatian pengunjung," katanya di sela-sela pameran.
Mengusung tema "Juxtapose" yang artinya upaya menyatukan dua hal berbeda menjadi satu, mereka mencoba menciptakan kekontrasan yang dinamis antara karya old master milik Basuki Abdullah dengan karya homage dua artist muda mereka, Peter Rhian Gunawan dan Arkiv Vilmansa.
Dua seniman muda yang sedang naik daun, Peter dan Arkiv untuk melakukan homage atau penghormatan terhadap karya seniman besar tanah air, Basuki Abdullah.
Peter dan Arkiv melakukan homage masing-masing satu untuk dua karya seni Basuki Abdullah. Peter yang membidani lahirnya karakter Redmiller Blood selama 6 tahun terakhir mengangkat karya homage berjudul "Final Destiny" dan "Soaring in the Sky".
"Saya melihat dua karya Basuki Abdullah ini secara spiritual ingin mengangkat sebuah semangat perjuangan. Maka itu, saya tampilkan sosok Redmiller pada dua karya saya kali ini, yang satu naik kuda dan satunya lagi naik pesawat kardus," ucap Peter.
Dua karya dosen DKV di Universitas Maranatha Bandung itu mau menggambarkan realita anak muda zaman ini, yang mudah insecure, mentalnya sangat rapuh, dan tidak percaya diri karena tekanan sosial di sekitar mereka. Peter tak ragu mengangkat isu besar "mental health" dalam lukisannya.
"Saya ingin mengajak anak muda untuk merefleksikan kembali mengenai jati diri mereka, merefleksikan kembali mengenai apa yang penting dan kurang penting dalam perjalanan hidup mereka,” terangnya.
Terutama, lanjutnya, dalam lingkungan society di mana mereka tinggal. Bebek-bebek di lukisan "Soaring in the Sky" ini adalah penggambaran bagaimana lingkungan sosial kita.
“Ada orang-orang yang gemar mengkritik dan tidak peduli. Mereka memakai topeng yang berbeda-beda di lingkungan tempat mereka berada agar diterima secara sosial, sampai melupakan jati diri mereka," paparnya penuh filosofi.
Pun demikian dengan karya "Final Destiny". Peter ingin menggambarkan lewat karakter Redmiller Blood yang berambut merah dan bermata absurd seperti tampak tetesan air mata berwarna pelangi. Ia ingin, lukisannya itu bisa menggambarkan realita di perkotaan, di mana tuntutan pekerjaan yang tinggi, sistem kapitalis yang mengukur kesuksesan dari standar keberhasilan hidup.
Sementara itu, Arkiv memiliki beberapa karakter dalam karya seninya. Ada domma, mickyv, dan rebbiv. Sebenarnya total ada 12 karakter kartun lucu yang ada di looney tunes dan mickey mouse misalnya.
Untuk homage kali ini, seniman kontemporer asal Bandung, Jawa Barat itu membuat karakter domma dalam dua karya lukis berjudul "Thunder Strike" dan "Thunder Bird". Domma sendiri merupakan karakter yang ia ciptakan karena terinspirasi sang anak, Damma.
Dua-duanya melukiskan karakter domma menaiki kuda dan burung, tapi tentu saja dalam penggambaran kartun yang lucu dan tampilan warna-warni pastel. Ia dikenal dengan lukisannya yang terinspirasi dari karakter kartun yang menekankan bentuk dua dimensi dan garis yang tegas dengan warna-warna yang hidup dan cerah. Karya Arkiv secara visual dipengaruhi oleh seni jalanan, mainan, fashion, alam, dan subkultur dengan kenangan masa kecil sebagai sumber inspirasi.
Dilatih sebagai seorang arsitek, Arkiv yang kini tengah mempersiapkan kolaborasinya dengan brand terkenal Bathing Ape itu menemukan, bahwa etos kerja dan metodenya menjadi lebih terstruktur dan kritis, namun tetap menjaga ekspresi artistiknya tetap mentah dan membebaskan.
Didorong oleh rasa ingin tahu dan kecintaannya pada seni visual, Arkiv mengeksplorasi batas-batas cat dan lukisan. Menghasilkan berbagai karya visual yang unik dan beragam, mulai dari lukisan, mainan, cetakan, dan patung. Warna, bentuk, garis-garis yang ia kumpulkan terinspirasi dari para jenius kreatif di industri yang paling ia hormati, seperti Takashi Murakami dan Nigo. Baginya, pop art adalah sebuah terobosan bagi dunia seni untuk bisa diterima oleh pasar anak muda.
"Semakin ke sini saya lihat makin banyak anak muda yang tertarik untuk berinvestasi di karya seni. Itu karena muncul inovasi-inovasi baru dalam karya seni, sehingga menarik hati pasar anak muda, usia 30-40 tahun," bebernya.
Sementara itu, ArtMoments Jakarta tahun ini menampilkan 25 galeri seni nasional dan internasional yang terkemuka. Setiap tahun, ArtMoments Jakarta menyajikan karya seniman-seniman ternama.
Sorotan tahun ini termasuk seniman Jepang Miwa Komatsu (disajikan oleh Whitestone Gallery), Arkiv Vilmansa (disajikan oleh G3N Project x Museum of Toys), seniman kontemporer Indonesia yang dikenal secara internasional Eko Nugroho dan Heri Dono (disajikan oleh The Columns Gallery), Handiwirman (disajikan oleh Gajah Gallery), seniman Indonesia muda Laksamana Ryo (disajikan oleh Gallery Afternoon), dan pelukis abstrak Indonesia Erizal (disajikan oleh Gajah Gallery), serta masih banyak seniman bertalenta cemerlang lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News