Tak lama setelah dirilis, Iwan Fals saat itu berniat menggelar tur 100 kota untuk mempromosikan album terbarunya. Namun, seluruh izin konser itu mendadak dibatalkan oleh kepolisian karena faktor keamanan. Padahal, saat itu Iwan dan seluruh timnya sudah berada di lokasi konser.
"Sudah latihan capek-capek, wah itu rasanya. Sama kaya wartawan enggak boleh nulis. Tapi justru di situ saya semakin yakin. dari album ini saya makin yakin milih musik sebagai jalan hidup," kata Iwan Fals dalam jumpa pers virtual album vinyl Mata Dewa.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Iwan sendiri mengaku tidak tahu pasti alasan tur 100 kotanya kala itu tak mendapat restu. Lagu-lagu Iwan yang mulai kritis dianggap pemicu konsernya tidak mendapat izin. Namun, akibat peristiwa itu Iwan mengaku sangat terpukul.
Meski konsernya tidak mendapat restu, Iwan menolak berdiam diri. Perlawanan Iwan justru semakin keras. Bersama rekan musisi lain seperti Sawung Jabo, Naniel, Nanoe, dan Innisisri, Iwan membentuk grup Swami dan merilis album Swami 1 pada 1989. Dari album inilah lahir lagu-lagu bernuansa kritik seperti "Bento", "Badut" dan "Bongkar".
"Saya sempat kesal juga dapat laporan enggak boleh. Ya sudah kita bikin Swami, lebih keras lagi. Saya jamin tidak dilarang, tapi saya dimarahi ya," kenang Setiawan Djodi yang turut terlibat di album Mata Dewa dan Swami I.
Tak berhenti sampai di situ. Iwan bersama Sawung Jabo, Setiawan Djodi, Jockie Suryoprayogo, Donny Fatah dan begawan sastra WS Rendra, membentuk grup Kantata Takwa pada 1990. Lagu-lagunya pun masih menghadirkan kritik sosial.
"Karena dibatalin itu saya bawa-bawa teman saya (Swami dan Kantata Takawa). Jadi saya tidak menyerah. Situasi waktu itu saya terpukul. Saya cuma bisa musik. Saya ikut workshop di tempat Mas Willy (WS Rendra) jadi pemain gong. Kalau saya diam saja nanti gila, stres," kata Iwan.
Setelah 32 tahun berlalu, album Mata Dewa kini dirilis ulang dalam bentuk piringan hitam. Peluncuran piringan hitam ini dianggap salah satu cara memperkenalkan salah satu album terbaik yang pernah lahir di Indonesia kepada generasi muda.