Tahun ini, Rainforest World Music Festival digelar untuk ke-27 kali, pada 28-30 Juni 2024. Medcom.id menghadiri langsung festival yang menampilkan lebih dari 20 penampil yang berasal dari 14 negara ini.
Rainforest World Music Festival digelar di Kampung Budaya Sarawak, terletak kaki gunung Santubong yang berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan. Lokasinya sekitar 35 kilometer dari pusat kota Kuching. Festival ini sekaligus menjadi ajang bagi Negara Bagian Sarawak untuk memperkenalkan tradisi mereka yang tak bisa dipisahkan dengan budaya Dayak.
Salah satu musisi yang tampil dengan identitas Dayak dalam festival ini adalah Alena Murang. Alena tampil memainkan instrumen khas Dayak, Sape, dan membawakan musik berbasis kultur Dayak Kelabit. Tampil pada hari Sabtu, 29 Juni 2024, Alena menunaikan tugasnya dengan baik membuka festival. Dia juga sempat menyelipkan lagu folk masyarakat Dayak yang sangat terkenal, "Leleng."
Salah satu daya tarik yang ditawarkan Rainforest World Music Festival adalah keberagaman penampil yang berasal dari berbagai suku bangsa di penjuru dunia. Selain Alena dengan instrumen sape, catatan menarik lain dari panggung festival ini adalah penampilan grup asal Aljazair bernama Imarhan.

(Imarhan di Rainforest World Music Festival 2024 (Foto: Medcom.id/Shindu))
Imarhan berasal dari jantung gurun Sahara, yang kering dan berdebu. Mereka membawakan musik tradisi suku Tuareg dengan sentuhan gitar elektrik bernuansa rock-blues dengan tetap mempertahankan identitas perkusif melalui djimbe dan calabash yang repetitif. Musik "rock gurun" ini sering juga disebut "assouf." Ciri utama dari assouf adalah permainan melodi gitar yang terdengar sederhana dalam koridor skala blues-rock dengan iringan perkusi yang konstan. Dalam kadar yang tepat, Imarhan benar-benar menyihir penonton. Tempo calabash yang tetap - terkadang dipercepat untuk menaikan tensi - dengan melodi Timur Tengah dari gitar sukses membuat seluruh penonton yang datang dari berbagai bangsa bergoyang, tak peduli hujan yang telah mengguyur kaki gunung Santubong sejak petang.
Klimaks hari kedua festival datang dari Nini, unit heavy metal dari Taiwan. Bisa dibilang gagasan musikal Nini cukup gila, mengawinkan musik keras dengan instrumen tradisional Tiongkok yang secara tonal jauh berbeda. Nini juga sesekali melapisi aransemennya dengan selubung musik elektronik tempo tinggi. Riff heavy metal yang padat dan solid meraung-raung sepanjang repertoar Nini, ditumpuk dengan melodi zhongruan yang dimainkan sebagai "gitar melodi." Uniknya dia meramu itu dengan sempurna, harmonis. Zhongruan adalah instrumen musik Tiongkok serupa banjo yang memiliki empat senar dan 27 fret. Di tangan Nini, instrumen ini bagai senapan mesin laras panjang yang tepat menembak siapa saja target di depannya. Tak butuh waktu lama bagi Nini untuk membuat penonton headbanging tanpa peduli penggemar metal atau bukan.
Nini belakangan memang menjadi sorotan global, terlebih dia sempat mengikuti ajang pencarian bakat America's Got Talent. Selama lebih dari dua dekade Nini menyelami musik tradisi Tiongkok dan disempurnakan lewat studi musik secara akademik di Tainan National University of the Arts. Hasilnya, dengan pondasi musikal yang ortodoks dan eksplorasi kesenimanannya yang liar, Nini membawa musik tradisi ke panggung yang lebih luas dan tak terbatas.

(Nini saat tampil di Rainforest World Music Festival (Foto: Medcom.id/Shindu))
Sebenarnya, Nini dan Imarhan bukan headliner festival ini. Tetapi karakter mereka yang kuat dalam menjaga identitas musikalnya dalam spektrum presentasi musik yang kontemporer membuat mereka mampu membuat siapa saja - yang bahkan baru pertama kali mendengar musik mereka - menikmatinya. Penampil utama Rainforest World Music Festival tahun ini adalah Kitaro, musisi legendaris Jepang yang pernah memenangkan penghargaan prestisius Grammy Award, dan juga musisi legendaris asal Malaysia, Datuk Zainal Abidin. Terdapat pula tiga penampil dari Indonesia, yaitu Krakatau Ethno, Rizal Hadi and Folk, dan Rhytm Rebels Feat. Selonding Bali Aga.
Penampil lain yang mengisi Rainforest World Music Festival 2024 di antaranya Alright Mela Meets Santoo (Pakistan/Perancis), Bourbon Lassi (Australia/Malaysia), Tribal Tide (Singapura), The Borneo Collective (Malaysia), Adrian G (Malaysia), dan The Colour of Sound’s Malaysia (Malaysia).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News