www.maximumpc.com
www.maximumpc.com

Liputan Khusus

Masa Depan Ada di Tangan Layanan Musik Streaming

Agustinus Shindu Alpito • 27 Februari 2015 22:48
medcom.id, Jakarta: Sejak segalanya menjadi mudah dengan digital, transformasi demi transformasi terjadi di berbagai sektor, termasuk dunia musik. Jika membeli format digital musik adalah batu loncatan, maka layanan streaming adalah tujuan.
 
Dalam waktu relatif singkat, tren penjualan format digital musik menurun. Wall Street Journal bahkan melansir bahwa toko musik maya terbesar, iTunes, mengalami kemerosotan penjualan hingga 14 persen di tahun 2014. Sebaliknya, penyedia layanan streaming semakin subur dan menjamur.
 
Salah satu layanan paling menonjol adalah Spotify. Mereka kini memiliki lebih dari 40 juta pengguna, 10 juta di antaranya adalah pengguna yang menjadi anggota berbayar.

Masa Depan Ada di Tangan Layanan Musik Streaming Menurut pengamat musik Wendi Putranto, menjamurnya pengguna layanan streaming karena inovasi baru yang mereka tawarkan yang semakin memudahkan pengguna dalam menikmati musik.
 
“Postifnya harganya murah. Karena, kalau full-track download di Indonesia harganya sekitar Rp5 ribu sampai Rp7 ribu per lagu atau unduh per album seharga Rp75 ribu. Sedangkan dengan harga yag lebih murah, Rp10 ribu sampai dengan Rp30 ribu kita bisa memiliki akses ke 20 juta lagu. Jadi pengguna layanan streaming bisa mendengarkan 20 juta lagu dalam kurun waktu satu bulan. Itu kelebihannya layanan streaming,” ujar Wendi kepada Metrotvnews.com beberapa waktu lalu.
 
Selain itu, kata Wendi, sistem streaming yang tak memakan kapasitas penyimpanan besar jadi salah satu keunggulan yang tidak bisa ditandingi.
 
Tantangannya, layanan ini membuat pengguna lebih tergantung pada koneksi internet. Aplikasi layanan streaming memang memungkinkan penggunanya mendengarkan musik tanpa terkoneksi internet, tetapi pengguna harus terlebih dahulu memasukkan lagu ke dalam playlist atau berlangganan paket premium.
 
Sistem sewa dengar yang diterapkan layanan streaming bukan semata a la kadarnya. Kualitas suara yang diberikan bisa ditoleransi oleh telinga. Meski terbilang murah, pengguna bisa menikmati lagu setara dengan format .mp3.
 
“Kualitas suara sih bisa dibilang setara dengan iTunes, sekelas .mp3. Namun, tidak menyamai kualitas dari audio CD. Karena tetap harus ada kompresi dan ukuran file-nya lebih kecil. Tetapi kualitas suara bisa dibilang lumayan kalau sekadar untuk didengarkan melalui ponsel atau earphone, headphone itu cukup,” tutur Wendi.
 
Saat ini, berbagai penyedia layanan streaming musik berlomba untuk memperkaya katalog lagu mereka. Sehingga, ketika pengguna mengakses, mereka seperti masuk ke dalam perpustakaan musik yang menyediakan lagu apa pun yang diingikan.
 
Guvera misalnya, penyedia layanan streaming asal Australia yang kini beroperasi di Indonesia itu bahkan sudah memasukkan katalog lagu-lagu keroncong dalam daftar putar mereka. Hal serupa juga dilakukan beberapa penyedia layanan serupa lainnya.
 
“Kalau prediksi saya, 5 tahun lagi streaming service itu kayak fenomena Ring Back Tone (RBT) beberapa tahun lalu. Saya jamin 5 tahun ke depan semua orang pasti punya satu layanan streaming itu,” urai pria yang bekerja sebagai jurnalis musik itu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan