Kolaborasi kedua kelompok ini terjadi sebagai salah satu pertunjukan dalam rangkaian festival seni Perancis-Indonesia, Festival Printemps Francais 2016. Kedua kelompok ini tampil di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Kamis (05/05/2016).
Dalam pertunjukan kolaborasi ini setidaknya terdapat 8 orang musisi yang terlibat. Dari kelompok musisi Sunda terdapat Hendrawati Ashworth sebagai penembang, Dede Suparman pada kecapi, dan Yoyon Darsono pada suling.
Dari kelompok Doulce Memoire terdapat Denis Raisin sebagai direktur artistik sekaligus pemain alat musik flute, Miguel Henri pada Luth dan gitar, Bruno Caillat pada perkusi, kemudian pada vokal terdapat Veronique Bourrin yang bersuara sopran dan Hugues Primard yang bersuara tenor.
Pertunjukan kolaborasi kedua kelompok ini mengangkat tema "Negeri Yang Tlah Hilang : Dari Keraton Sunda Sampai Ke Kediaman Raja-Raja Perancis."
Lagu-lagu yang dilantunkan dalam pertunjukan ini lagu-lagu yang memiliki hubungan kuat dengan kehidupan para aristokrat zaman kerajaan dulu. Musik-musik yang memang sudah sangat jarang diperdengarkan, dan sulit diketahui judulnya.
"Musik-musik ini sudah lebih dari sebutan klasik, bisa dibilang ini adalah ancient music (musik zaman kuno). Ini adalah musik-musik yang berkembang pada abad 14, 15, dan 16 di Prancis. Musik-musik yang tidak berkembang di masyarakat karena ini adalah musik untuk para aristokrat dulunya," kata Dennis Raisin.
Yoyon Darsono menambahkan, “Kalau musik Sunda yang kita mainkan juga memiliki kesamaan pendekatan historis dengan musik kuno Prancis tadi. Lagu-lagunya memang biasa dimainkan untuk para sultan dulu. Namun kalau mulai kapan berkembangnya saya juga kurang tahu. Karawitan yang kita bawakan ini juga adalah Karawitan Cirebonan.”
Kolaborasi mereka ini sudah tercetus sejak setahun yang lalu saat Yoyon Darsono sedang memiliki acara di Institut Prancis di Indonesia (IFI), Thamrin.
Saat mulai berkolaborasi, awal-awal memang cukup banyak kesulitan yang ditemui oleh kedua kelompok ini. Mulai dari perbedaan individu, perbedaan bahasa, kultural, hingga pemilihan lagu.
Namun, melalui berbagai proses dan penyamaan kini kedua kelompok ini akan tampil di 5 kota di Indonesia yakni Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, dan Bali.
“Tantangan terbesar adalah komunikasi. Kendala bahasa dan tak tersedianya buku atau naskah tertulis. Semua dilakukan secara langsung, bertemu dan latihan bersama. Namun musik memiliki kekuatan besar sebagai ‘bahasa’ pengantar dalam berkomunikasi dengan orang dari kultur berbeda,” jelas Denis Raisin.
Pertunjukan kolaborasi mereka berlangsung selama lebih dari sejam di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM). Mereka memainkan tiga lagu kolaborasi yang dimainkan secara bersama dan sisanya dimainkan oleh kelompok masing-masing. Salah satu lagu yang dimainkan secara kolaborasi adalah lagu berjudul Es Lilin, lagu tradisional masyarakat Jawa Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id