"Pecah banget penampilan Walking Life Festival, 12.000 penonton," kata pendiri sekaligus pemimpin INO, Franki Raden, eksklusif kepada Medcom.id.
| Baca juga: Agnez Mo Nonton Parade Pride Season Komunitas LGBT |
Pencapaian INO ini memberikan catatan tersendiir bagi perjalanan musik Indonesia secara keseluruhan. Terlebih, INO membawakan genre musik yang unik, yaitu menggabungkan beragam instrumen musik tradisi Indonesia.
"Penampilan di Waking Life (Crato, Portugal) merupakan sebuah breakthrough bagi INO. Bukan saja karena ini (menurut para pengunjung) merupakan festival musik terbaik di Eropa bagi generasi muda yg sangat perduli dengan issue sustainability, kebebasan dan kemanusiaan. Oleh sebab itu 15 ribu penonton yg datang ke tepi Danau Crato ini berasal dari (secara harfiah) seluruh dunia! Ini mungkin bisa dikatakan sebagai WOODSTOCK ABAD 21! Dan fans INO pun sekarang sudah tersebar ke seluruh dunia."
"Seusai pementasan ketika kami berjalan pulang ke tenda atau ketempat lain mereka lsng menghampiri kami dan menyatakan kekaguman atas musik yg kami pentaskan: 'You’re exactly the music group that we are looking for!' Setelah di Walking Life kami konser lagi di kota Lisbon, yaitu di Cafe des Epices (Marville). Di sini, penontonnya kaum elite Portugal karena tiketnya 80 Euro per orang. Namun kesan mereka terhadap musik INO sama: membangkitkan geteran spiritual di dalam diri mereka!" lanjut Franki Raden.

(INO saat tampil di BIMHUIS, Amsterdam)
INO memang sedang melakoni tur Eropa. Tahun ini mereka berhasil menembus "tempat suci" musik Jazz yang paling bergengsi di Eropa, yaitu BIMHUIS di Amsterdam (20 Juni). INO juga akan tampil pada festival musik sangat unik yang menggelar isu sustainability di Crato, Portugal (23 Juni) dan kemudian di Casa Asia (28 Juni) di Lisbon, sebuah museum budaya yang menunjukkan kekayaan dan kemegahan bangsa-bangsa Asia. Setelah Crato dan Lisbon, INO didapuk kembali ke negeri Belanda untuk tampil pada salah satu festival “world music” tertua di Amsterdam bernama Amsterdam Roots Festival (6 Juli).

INO menggali kembali kekayaan budaya tutur dan musik Nusantara. Semua itu mereka presentasikan lewat ansambel instrumen etnik yang terdengar magis.
"Aku bilang memang musik INO banyak berdasarkan pada Mantra Sunda ('Pohaci'), Bali dan Dayak ('Nusantara Concerto') dan NTT ('Homage for my Ancestors'). Setelah dr Portugal kami akan kembali ke Belanda untuk konser di Amsterdam Roots Festival tgl 6 Juli," jelas Franki Raden
INO sendiri sudah tampil di Asia, Australia, dan Eropa, sejak didirikan pada 2010. Lawatan INO kali ini ke Eropa tidak lepas dari program pemberdayaan dari Indonesian Music Expo (IMEX), sebuah acara musik yang meliputi showcase, pasar musik, dan konferensi. Melalui IMEX, musisi berbasis tradisi didorong untuk mendapatkan pasar musik global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id