Logo palu dan arit memang terpampang sebagai bagian dari karya visual di sampul DVD penampilan live Kreator yang diberi tajuk At The Pulse of Kapitulation. Lantas, gambar pada sampul itu diduplikasi oleh penggemar Kreator di seluruh dunia, termasuk diadaptasi menjadi gambar kaus.
Yuka Narendra, akademisi yang sempat fokus melakukan penelitian seputar musik metal, mengatakan bahwa ada metode tersendiri dalam mencerna karya-karya band metal. Termasuk karya visual.
“Salah satu gaya ekspresi metal adalah dengan cara terbalik, dengan menghadirkan suatu anti-tesis. Misal (band metal) menghujat Tuhan, itu justru karena mereka ingin mengungkapkan bahwa masyarakat banyak yang melupakan Tuhan. Ekspresinya tidak langsung. Mereka menggunakan metode menempatkan diri sebagai orang ketiga yang membicarakan. Mereka ingin mengatakan banyak manusia sekarang yang perilakunya seperti setan, sehingga mereka bergaya seperti setan dan mengglorifikasi itu. Lalu misal mereka menyinggung manusia tidak menghargai kehidupan, mereka (band metal) melakukan dengan cara mengglorifikasi kematian," kata Yuka saat dihubungi via sambungan telepon, Selasa (10/5/2016).
Kasus disitanya kaus Kreator bukan hanya jadi sorotan media dan publik di Indonesia. Media-media musik luar negeri ikut membahas hal ini, atara lain portal musik Loudwire.com dan Blabbermouth.net.
Bagi mereka, ini adalah kejadian unik, atau bahkan mengundang tawa. Bukan perkara tidak menghargai ideologi suatu bangsa, tetapi karena apa yang dipermasalahkan tidak ada kaitannya.

At the Pulse of Kapitulation Kreator (Foto: mercadolivre)
Dalam tradisi musik metal, mengungkap sesuatu yang tabu adalah biasa. Mereka memaknai itu sebagai bagian dari ekspresi. Tentu mudah ditemui kaus-kaus band metal atau karya visual dari grup metal yang frontal menggambarkan kematian, tengkorak, darah, setan, atau bahkan mencampurkan hal itu dengan simbol-simbol agama.
Salah satu contohnya adalah Megadeth. Grup legendaris asal Amerika Serikat itu belum lama ini merilis video musik Dystopia. Video musik dengan konsep animasi itu menampilkan berbagai adegan brutal dan sadis. Tetapi, ada makna mendalam di balik visual yang tergambar frontal itu, yaitu tentang bagaimana manusia justru "hancur" karena teknologi yang diciptakannya.
Hal-hal serupa juga mudah ditemui dari band-band metal lain.
"Cannibal Corpse itu mungkin (karya visualnya) lebih seram dibanding artwork Kreator kalau dilihat dari kacamata psikolog pendidikan atau psikolog anak,” lanjut Yuka.
Perbedaan perspektif antara aparat dan mereka yang menyukai produk kesenian atau kultur pop inilah yang dianggap menjadi pemicu peristiwa penyitaan kaus band berlogo palu dan arit.
“Kalau misal polisi atau orang BIN yang bagian mewaspadai gerakan ideologi laten itu mengerti budaya populer, mungkin akan lain ceritanya," katanya.
Meski belum menemui literatur khusus yang mengulas karya visual palu dan arit dari Kreator, Yuka menilai bahwa Kreator memiliki sisi historis tentang ideologi negara, mengingat mereka berasal dari Jerman.
"Mayoritas orang Jerman Barat dulu ingin Jerman bersatu, tetapi ternyata enggak lama setelah itu di kalangan anak-anak muda yang dulunya orang Jerman Timur protes karena merasa lebih baik waktu mereka komunis. Itu jadi persoalan sosial baru. Mungkin, Kreator sebagai orang Jerman punya relasi soal itu, yang kita tidak paham. Tetapi yang jelas kejadian kemarin itu konyol. Banyak pelecehan Pancasila yang lebih frontal tetapi justru didiamkan," tutup Yuka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News