Melihat Liam tanpa Noel bagai menonton sebuah pertunjukkan hanya separuh babak pertama. Tidak utuh. Pasalnya, kakak-beradik itu bagai kesatuan yang lengkap dalam bermusik. Sayang, keduanya tak kunjung akur.
Meski keduanya saat ini jalan masing-masing, mereka tetap menjual embel-embel Oasis dalam masing-masing konsernya. Tidak bisa dipungkiri memang, meski keduanya telah merilis berbagai materi pasca-Oasis, para penggemar tetap saja menuntut hit macam Wonderwall atau Don’t Look Back in Anger dibawakan.
(Foto: Agustinus Shindu Alpito)
Dalam konser Liam di Ancol misalnya, para penonton menyanyikan Champagne Supernova di jeda konser. Sebuah sinyal bahwa yang sebenarnya dirindukan adalah kembalinya Oasis. Mendengar paduan suara masal itu, Liam dengan santai menanggapi, “Lain waktu kami akan kembali ke Jakarta, kami akan bawakan Champagne Supernova.” Sebuah jawaban diplomatis yang justru membuat penonton semakin menaruh harapan akan bersatunya band asal Inggris itu.
Liam paham betul akan gelora nostalgia penggemarnya. Maka, sembilan dari total 16 lagu yang dibawakan adalah lagu Oasis. Sembilan lagu Oasis yang dibawakan Liam di Ancol adalah Rock ’N’ Roll Star, Morning Glory, Some Might Say, Slide Away, Be Here Now, Live Forever, Cigarettes & Alcohol, dan Wonderwall. Sisanya, Liam membawakan materi dari album solo terbarunya, As You Were dan sebuah lagu dari Beady Eye, Soul Love.
(Foto: Agustinus Shindu Alpito)
Kehadiran Liam seperti mencicil kerinduan penggemar Oasis di Indonesia. Rasanya yang sebenarnya dibutuhkan oleh para penggemar adalah penampilan Oasis secara utuh, agar kerinduan dibayar tuntas.
Namun, drama perseteruan antara Liam dan Noel bukan berarti tak bisa dinikmati. Masing-masing tetap memiliki karya yang memikat. Buktinya, nyaris seluruh penonton tampak menguasai lagu-lagu baru Liam, yang memang secara aransemen tidak jauh meninggalkan gaya aransemen lagu-lagu Oasis.
Kerinduan yang dipendam lama bisa saja memunculkan aksi spontanitas yang gila. Dan hal itu terjadi dalam konser Liam tadi malam. Dua penggemar nekat menerobos barisan keamanan dan naik ke atas panggung untuk memeluk Liam.
Liam tampak kaget namun tidak panik. Dia membalas pelukan itu bagai sahabat yang tak bertemu lama. Peristiwa pertama terjadi pada lagu Live Forever, selang sepuluh menit peristiwa kedua terjadi. Tepatnya pada lagu encore, Wonderwall.
(Foto: Agustinus Shindu Alpito)
Sikap Liam yang hangat pada penggemarnya itu seperti merobek stigma sosok Liam sebagai seorang bintang rock yang arogan, tempramental dan tengil. Alih-alih marah karena bisa saja nyawanya terancam di atas panggung, Liam justru menyambut kerinduan penggemarnya itu dengan pelukan hangat. Barangkali Liam mengerti, bahwa penggemarnya di Indonesia sudah menahan rindu menahun menanti Oasis.
Kerinduan akan kembalinya Oasis masih berdengung hingga saat ini. Media internasional pun kerap memunculkan ragam rumor terkait reuni Oasis. Meski rasanya hal itu sulit terjadi, tapi bukan hal mustahil.
Guns N' Roses contohnya, setelah Axl Rose dan Slash dikabarkan berseteru selama belasan tahun, toh akhirnya mereka kembali bersatu di atas panggung demi menuntaskan hasrat rindu penggemarnya. Bukan tidak mungkin hal serupa bakal terjadi dengan Oasis. Semoga saja apa yang dikatakan Liam di atas panggung saat di Ancol jadi kenyataan, dia akan kembali ke Jakarta membawakan Champagne Supernova dan mudah-mudahan mereka datang dalam nama Oasis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
