Android Lollipop
Android Lollipop

Liputan Khusus

Semua Gara-Gara Android!

Agustinus Shindu Alpito • 27 Februari 2015 22:23
medcom.id, Jakarta: Tak bisa dimungkiri, kehadiran ponsel pintar dengan sistem operasi Android semakin memuluskan laju musik digital. Tapi, jelas teknologi tak bisa disalahkan hanya karena kita tidak bisa beradaptasi.
 
Dalam industri musik, fenomena layanan musik streaming menjadi alternatif baru. Berterimakasihlah pada ponsel pintar berbasis Android atas fenomena yang semakin memudahkan penikmat musik mengakses jutaan katalog lagu hanya dengan sentuhan jari. Tapi bagaimana pelaku bisnis melihatnya?
 
“Kalau saja enggak ada Android, lebih bijak kalau musik dinilai sebagai sesuatu yang bermartabat. Dengan adanya Android yang ada kebalikannya,” keluh Rahayu Kertawiguna, pendiri label rekaman Nagaswara, kepada Metrotvnews.com.

Bisnis di dunia musik digital sendiri memang bukan berarti enggak menguntungkan sama sekali. Hanya saja, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan banyak pihak. Nagaswara merasakan benar hal itu. Mereka menyadari, butuh keterlibatan banyak pihak untuk membuat musik digital menjadi industri yang mapan. Seperti peran dari penyedia infrastruktur internet, hingga pihak ketiga seperti penyedia layanan yang mendukung musik digital.
 
Persoalan demi persoalan pun muncul, salah satunya anggapan layanan streaming musik tidak memiliki porsi royalti yang menguntungkan bagi pemusik. Pandangan ini sempat dilontarkan secara frontal oleh Taylor Swift yang berujung dengan penarikan katalog musiknya di Spotify.
 
“Tadinya saya mau cabut konten Nagaswara dari YouTube, tapi enggak jadi karena penghasilannya lumayan. Karena YouTube masih menghargai hak kita secara label. Meskipun secara industri, belum ada apa-apanya,” kata Rahayu.
 
Khusus mengenai Guvera, layanan streaming asal Australia yang juga telah resmi hadir di Indonesi sejak tahun 2014, Rahayu mengaku belum melihat dampak positifnya terhadap pendapatan mereka. Mereka harus menunggu sampai satu tahun lagi, ketika Guvera akan membayarkan royalti kepada pemegang hak.
 
“Perjanjiannya (dibayarkan) tahunan,” katanya.
 
Secara keseluruhan, Rahayu menganggap layanan streaming di Indonesia belum matang.
 
“Kalau sudah matang, contoh Jepang, Cina, mereka cepat sekali berkembangnya dan yang penting menghargai hak terkait.”
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan