"Varda" bukan sekadar lagu. Ia adalah kapsul waktu tentang masa kuliah yang berantakan, esai yang terbengkalai, dan gitar yang jadi pelarian. Semua dibalut dalam aroma mosh pit, ombak pantai, dan distorsi gitar khas anak muda yang sedang mencari arah.
Judulnya sendiri terinspirasi dari Agnès Varda, ikon perfilman French New Wave, yang dikenal piawai menangkap keindahan di tengah kekacauan. Dengan semangat yang sama, Puff Punch menyuarakan keresahan anak muda lewat lagu yang menyentil tapi tetap manis.
“Harusnya ngerjain esai, tapi malah main gitar dan nyangkut," ujar Kiki, sang gitaris.
| baca juga: Adrian Yunan Libatkan Jason Ranti hingga Cholil Mahmud di Album Jalan Keluar |
"Awalnya niatnya sok pretensius, tapi justru versi mentahnya yang paling jujur. Sekarang, lagu ini jadi soundtrack masa kuliah kami.”
"Varda" memadukan spirit punk tahun 70-an, melodi pop yang manis, dan sentuhan sinematik. Ini adalah wajah Puff Punch yang paling otentik: campuran antara optimisme bergula dan sikap pemberontak khas anak muda. Sebuah lagu untuk siapa pun yang pernah merasa “cringe” saat bermimpi besar dan tetap melakukannya.
Tak berhenti di situ, Puff Punch juga akan unjuk gigi di panggung SXSW Sydney Oktober ini, menyusul nama-nama besar seperti Isyana Sarasvati, Nadin Amizah, Hindia, hingga GAC yang lebih dulu meramaikan festival bergengsi ini.
SXSW Sydney merupakan bagian dari gelaran musik internasional tahunan asal Austin, Texas, dan menjadi ajang selebrasi global bagi musisi lintas genre.
(Adinda Vinka Annisa Putri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
