Bagi Sobat Medcom yang belum familiar, nama Prabu Pramayougha awalnya dikenal sebagai pendiri sekaligus vokalis/gitaris dari Saturday Night Karaoke. Namun seiring berjalannya waktu, kiprah Prabu di lini masa "dewasa" juga menonjol di berbagai media populer, seperti Consumed, Jeurnals, dan Rich Music sebagai awak media. Kini, dia pun masih berkutat di bidang tersebut bersama Synchronize Radio.
Kembali ke karya terbarunya, buku My Altercation: The Bandung Melodic Punk Scene 1995 - 2008 sendiri ditulis oleh Prabu dalam bahasa Inggris dan didistribusikan secara internasional di beberapa titik gerai buku dan toko rilisan musik di berbagai negara.
Buku ini merupakan karya ketiga dari Prabu, yang kembali mengeksplorasi kultur serta dinamika dalam genre musik punk, menyusul dua buku rilisan sebelumnya: Don’t Read This! Catatan Melodic Punk Bandung Dari Masa ke Masa" (Bukune, 2022) dan Meetage: Bertemu Dengan Descendents di Jepang" (Geekmonger Press, 2024).
Tak hanya sebagai penulis dan jurnalis, Prabu juga dikenal aktif mengelola unit penerbitan rumahan bernama Geekmonger Press yang berfokus untuk menerbitkan buku-buku dengan topik spesifik musik.
Ulasan Buku My Altercation dari David Tarigan

(Pengamat musik sekaligus salah satu penggagas Irama Nusantara, David Tarigan, menilai bahwa gaya penulisan Prabu dalam buku My Altercation tergolong ringan dan tidak njlimet. Ia menyebut buku ini menyenangkan untuk dibaca, dengan alur yang mengalir serta dibubuhi rekoleksi pribadi yang disampaikan secara ekspresif.)
“Dari saya pribadi, yang menarik dari buku My Altercation: The Bandung Melodic Punk Scene 1995 - 2008 (2025) yang ditulis Prabu Pramayougha itu adalah bagaimana akhirnya hadir sebuah buku berbahasa Inggris yang menceritakan sekaligus menggambarkan sebuah kiprah musik dan selingkupnya yang terjadi di sebuah kota - spesifiknya musik melodic punk di kota Bandung," ungkap David Tarigan dalam siaran pers yang diterima Medcom.id.
Sebagai pribadi yang tak begitu menggemari musik melodic punk, David mengaku tetap bisa menikmati dan terhanyut dalam berbagai paparan serta kisah yang dituangkan Prabu dalam buku My Altercation.
"Singkatnya, saya pun semakin tertarik untuk membalik setiap halamannya guna turut masuk dan memahami ke setiap torehan alur cerita dari kancah melodic punk di Bandung," ujar David.
Salah satu hal yang dianggap menarik oleh David Tarigan dari buku My Altercation adalah keberhasilan Prabu mendapatkan celah untuk menerbitkan karyanya melalui penerbit internasional asal Inggris, Earth Island Books.
"Rasanya ada harapan yang timbul di sanubari saya akan terbukanya sebuah akses informasi perihal kiprah dan sejarah musik populer dari Indonesia yang bisa ditelusuri secara lebih komprehensif oleh masyarakat global lewat terbitnya buku My Altercation," tukasnya.
Menurut David, buku ini juga berhasil membantah anggapan umum bahwa pergerakan musik yang bersifat kontemporer seperti punk rock di Indonesia hanyalah cerminan dari apa yang terjadi di luar negeri. Nyatanya My Altercation menangkap siratan impresi dan histori bahwa Indonesia pun menjadi bagian penting akan pergerakan punk rock di dunia dan begitu juga sebaliknya saling mempengaruhi.
Ia pun berharap langkah Prabu dapat menjadi inspirasi bagi penulis muda lainnya untuk lebih berani menggali dan mendokumentasikan perjalanan musik serta subkultur di Indonesia secara lebih mendalam dan serius.
"Saya harap akan muncul banyak penelitian atau tulisan lebih mendalam soal kiprah musik di Indonesia dan berbagai subkultur sekitarnya dari penulis muda Indonesia di waktu mendatang," tutup David Tarigan.
(Basuki Rachmat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News