IMEX memiliki konsep berbeda dari pertunjukan musik pada umumnya. Acara ini mempertemukan para musisi berbasis tradisi dengan para pelaku industri musik global. Mulai dari label musik, direktur festival musik, jurnalis, hingga agen musik. Diharapkan melalui acara ini terjadi transaksi yang membawa musisi-musisi Indonesia tampil di luar negeri.
"IMEX 2024 menjadi sebuah panggung musisi Indonesia dapat memperlihatkan kemampuan terbaik mereka dan menginspirasi audiens global. Ini adalah momen untuk musik Indonesia berbicara lebih luas dan mengukir jejak di dunia musik internasional," kata Franki Raden, penggagas IMEX yang juga seorang musisi dan etnomusikolog.
IMEX juga bekerjasama dengan salah satu forum world music terbesar dunia, WOMEX. WOMEX merupakan muara dari para pelaku musik berbasis tradisi global. Setiap tahunnya WOMEX digelar di Eropa dan menghadirkan ribuan pelaku industri musik dalam sebuah acara berbasis pertunjukan dan pasar musik.
Baca juga: Macklemore Rilis Lagu Hinds Hall, Berisi Dukungan untuk Palestina |
Pada saat pembukaan, tampil sejumlah grup yang merepresentasikan keberagaman musik pada IMEX 2024, mereka adalah Gong Gede dari Gianyar, Epo D'Fenomeno dari Papua, dan Keroncong Sejati dari Kediri.
Gong Gede Cudamala yang tampil sebagai pembuka IMEX 2024 terbilang unik. Ini adalah kelompok musik yang fokus pada instrumen, dan gaya permainan gamelan klasik yang sudah ditinggalkan. Awalnya, mereka fokus pada selonding, gambang, dan saron. Kemudian dalam perjalanannya menambahkan beberapa gamelan lain, seperti pagulungan, gender wayang, batel, baleganjur, rindik, dan angklung.
Penampil kedua dalam acara pembukaan adalah Epo D’Fenomeno, seorang rapper yang memiliki visi memajukan industri musik di tanah Papua lewat presentasi karya hip-hop yang tetap memuat unsur tradisional Papua. Selama 15 tahun berkiprah, pemilik nama asli Onesias Chelvox Urbinas ini telah melahirkan ratusan karya lagu. Di samping itu, Epo D’Fenomeno juga aktif melakukan pemberdayaan dengan membuka kelas pelatihan musik gratis untuk memotivasi anak-anak muda Papua.
Epo menceritakan bahwa lagu-lagu yang mereka bawakan merupakan racikan antara hip-hop new school dengan kearifan lokal Papua. Salah satu kearifan lokal yang dibawakan Epo adalah doa-doa berbahasa Biak ke dalam musik mereka.
"Untuk subgenre ini kami namakan trap atau tradisional rap Papua, hip-hop new school, trap, kita kombinasikan dengan kultur. Tifa, instrument pukul yang mana biasa sebagai aksesoris tetapi kami gunakan di sini. Kami menggunakan tifa Biak dan bahasa Biak. Kami nyanyikan doa dari para moyang, kami sebut "wor" Biak," kata Epo secara eksklusif kepada Medcom.id.
Penampil terakhir, Keroncong Sejati, membawakan corak keroncong yang lebih kontemporer dari segi aransemen dan presentasi musik. Keroncong Sejati - singkatan dari Sejahtera Dihati - dibentuk pada 2022 di Kediri dengan tujuan melestarikan keroncong untuk generasi muda dan berambisi membawa musik keroncong ke tingkat global.
Para penampil IMEX 2024 adalah Archa (Ambon-Maluku), Agustian Supriatna Trio (Bandar Lampung-Lampung), Bellacoustic (Palangkaraya-Kalimantan Tengah), Damar ART (Banyuwangi-Jawa Timur), De Tradisi (Medan-Sumatera Utara), Epo D’Fenomeno (Jayapura-Papua), Gamelan Gambang (Gianyar - Bali), Gong Gede (Gianyar-Bali), INO dan Varnasvara (Jakarta), Keroncong Sejati (Kediri-Jawa Timur), Sasando Gong (Pulau Rote-Nusa Tenggara Timur), Tardigrada (Palu-Sulawesi Tengah), Walk On Water (Pulau Nias-Sumatera Utara).
Baca juga: Upaya Melindungi Musik Tradisional Indonesia |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News