Kucumbu Tubuh Indahku, atau Memories of My Body, digarap oleh penulis dan sutradara Garin Nugroho bersama produser Ifa Isfansyah. Film ini sebetulnya sudah beredar di banyak festival film internasional dan dalam negeri sejak tahun lalu, sebelum akhirnya akan dirilis di bioskop domestik pada 18 April 2019.
Apatis adalah satu dari lima lagu yang diproduksi Mondo untuk film tersebut. Dalam proses awal, Garin dan produser sepakat untuk tidak menggunakan lagu tradisional sebagai musik film, kendati latar ceritanya adalah Jawa era 1970-an dan 1980-an. Ketika Mondo akhirnya terlibat menjadi produser musik, Apatis dipilih dan dinyanyikan ulang oleh dirinya.
Garin ingin lagu soundtrack menandakan zaman yang menjadi latar cerita. Apatis mereka pakai untuk menandai era 1980-an.
"Kami sempat menyebut Kidung. Waktu saya nyebut Apatis, (Garin komentar), 'Wah itu lagu favoritku.' Ya sudah (ini dipilih)," kata Mondo dalam diskusi di Kios Ojo Keos, Cilandak, Rabu, 6 Maret 2019.
Produser eksekutif Panji Prasetyo bercerita bahwa Mondo meminta sendiri agar Mondo yang membawakan ulang lagu tersebut dengan aransemennya. Versi asli lagu ini dirilis dalam album Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) 1978.
"Ternyata hasilnya, setelah saya dengar, sama baiknya dengan versi LCLR 1978. Mondo sudah bikin dengan persiapan, pakai hati. Lagu ini menarik kalau ditaruh di belakang," kata Panji dalam kesempatan sama.
Video musiknya digarap di Yogyakarta oleh sutradara Eddie Cahyono dan produser Ifa Isfansyah. Videonya mengambil konsep perjalanan dari cerita film. Tampak beberapa cuplikan adegan tokoh utama Juno dalam kendaraan, digabung dengan adegan Mondo menempuh jalan yang sama. Aktor utama Aga Khan juga bermain dalam video musik.
Album soundtrack Kucumbu Tubuh Indahku sudah dirilis pada awal Desember 2019. Apatis dirilis ulang sebagai singel video musik di YouTube pada Kamis, 7 Maret 2019.
Film ini berkisah tentang perjalanan empat fase Juno, anak lelaki yang ditinggal ayahnya sendirian dan harus berpindah dari satu desa ke desa lain di Jawa Tengah. Di setiap tempat, Juno selalu menghadapi konflik kekerasan menyangkut tubuh. Perjalanan ini juga mengusung ide-ide yang mempertanyakan lagi konsep maskulinitas dan feminitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
