Di sisi lain, musik rock pada zaman itu terus bertransformasi dalam berbagai rupa, salah satunya glam rock. Bicara soal glam rock, tentu nama Bon Jovi masuk ke dalamnya.
Band asal New Jersey yang dibentuk oleh Jon Bon Jovi itu pertama memukau para penikmat musik melalui lagu Runaway yang mendadak muncul dan jadi favorit pendengar setia radio.
Popularitas Bon Jovi pun menanjak. Demam glam rock lantas mewabah. Band-band yang personelnya bedandan seperti perempuan dengan gincu, rambut panjang dan celana ketat itu tiba-tiba menginvansi dunia musik.
Bon Jovi adalah salah satu ikon glam rock yang paling digemari diseluruh dunia. Bukan hanya soal gaya yang eksentrik, tetapi lagu-lagunya yang ringan untuk didengarkan, bertemakan cinta dan juga perilaku si Jon yang jauh dari citra rocker bajingan pada masa itu.
Selang sepuluh tahun sejak kehadiran Bon Jovi, publik Indonesia baru berkesempatan menyaksikan sosok asli yang berada di balik penguasa tangga lagu itu.
Tepatnya, pada 6 Mei 1995, Bon Jovi tampil di Ancol, Jakarta Utara, dalam konser bertajuk Crossroad. Lantas, bagaimana situasi konser Bon Jovi pada saat itu?
"Waktu itu, Bon Jovi datang berempat (formasi komplet dengan Richie Sambora). Mereka menginap di hotel Horizon. ketika mau manggung mereka naik speed boat dari hotel langsung menuju belakang panggung," kisah Wendi Putranto, salah satu penonton yang hadir dalam konser Bon Jovi tahun 1995.
Wendi yang saat ini bekerja sebagai jurnalis musik itu menggambarkan betapa ketat penjagaan dari pihak keamanan. Setidaknya ada pemeriksaan sebanyak tiga kali yang harus dilalui penonton.
Tentu pihak penyelenggara tidak ingin kecolongan soal keamanan, karena satu konser sebelumnya, yaitu Metallica (di tahun 1993), terjadi kekacauan.
"Waktu itu yang saya ingat ada truk kontainer dijadikan barikade. Ratusan truk dijejerkan untuk menghalau. Penjagaan diperketat, mengingat konser Metallica rusuh. Ada polisi berkuda juga," sambung Wendi.
Meski penjagaan sangat ketat, animo masyarakat cukup tinggi. Bekas sirkuit Ancol pun jadi lautan manusia.
"Menurut saya sekitar 30 sampai 50 ribu penonton. Majalah Hai pada waktu itu bahkan menyebutkan 70 ribu penonton," kata Wendi menggambarkan padatnya konser itu.
Banyaknya penonton pada saat itu pun membuat jalanan menuju lokasi konser padat. Bahkan, untuk berjalan sejauh 100 meter menuju pintu acara, dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam.
Meski pengamanan sudah dalam status siaga satu dengan ribuan personel yang diterjunkan, bukan berarti konser Bon Jovi pada saat itu dijamin aman. Kericuhan kecil pun sempat terjadi.
"Tetep ada ricuh, kaca-kaca mobil dipecahin. Tapi tetap bisa di-handle pihak keamanan."
Wendi menilai bahwa membludaknya penonton Bon Jovi di tahun 1995, selain karena band itu memiliki banyak penggemar, lantaran anak-anak muda di Jakarta cukup haus hiburan.
Setelah peristiwa kerusuhan dalam konser Metallica di Jakarta, pemerintah memperketat izin penyelenggaraan acara musik. Terutama yang berbau rock.
"Setelah konser Metallica, konser metal itu di-banned sama pemerintah orde baru. Bon Jovi dianggap band yang tidak membahayakan, jadi bisa lolos sensor," tutup Wendi.
Konser Bon Jovi tahun 1995 dipromotori oleh Indo Entertainment. Tiket kelas festival dijual dengan harga Rp45 ribu, sedangkan kelas VVIP seharga Rp 150 ribu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News