Pemeran Si Doel Anak Sekolahan (Foto: medcom)
Pemeran Si Doel Anak Sekolahan (Foto: medcom)

Viral Adegan Sinetron Joget di Depan Ibu yang Sakit

Indonesia Butuh Lebih Banyak Sinetron seperti Si Doel

Sunnaholomi Halakrispen • 28 Januari 2021 18:48
Jakarta: Sinetron masih menjadi salah satu tayangan televisi yang disaksikan masyarakat. Namun, tidak sedikit sinetron yang menampilkan adegan tidak masuk akal. Salah satunya, seorang ibu terbangun dari kondisi koma ketika anak dan suaminya joget Tiktok.
 
Adegan itu menjadi viral dan sejumlah pihak menyuarakan kritikan pedas di media sosial. Ketua Komite Film DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) 2016-2020 Hikmat Darmawan mengatakan bahwa Indonesia butuh lebih banyak sinetron seperti Si Doel Anak Sekolahan.
 
"Ceritanya bagus dan jujur bisa mengamati apa masalah masyarakat. Dia (pembuat sinetron Si Doel) mengamati masyarakat yang dia jadikan subjek ceritanya, dengan benar-benar," ujar Hikmat kepada Medcom.id.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Ia mengatakan, ada salah satu tayangan yang menarik dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Ada adegan Doel sekeluarga berziarah ke makam leluruhnya, namun makam tersebut telah berubah menjadi lapangan golf.
 
"Itu pengamatan sekaligus kritik yang luar biasa. Bisa jadi related, lucu, dan sedih juga. Bisa sampai terpikirkan membuat adegan itu bagaimana sih? Itu karena jujur menggambarkan kondisi masyarakat sekitar," paparnya.
 
Menurut Hikmat, selain sinetron yang pertama kali tayang di tahun 1994 itu, sinetron Bajaj Bajuri juga merupakan contoh sinetron yang baik. Ceritanya masuk akal dan tidak melodramatis.
 
"Kalau sekarang, sekadar viral. Secara duit, apakah (sinetron sekarang) lebih banyak dari Si Doel? Sekarang viral dasar lainnya apa? Jadi makmur kah dengan itu? Kreator biasanya bangga kalau viral. Tetapi apa artinya sih viral? Kalau dari segi kreator, dia dapat apa dari itu?" ungkapnya.
 
Direktur Kreatif Pabrikultur ini menekankan, penting untuk melakukan pengamatan mendalam terhadap masyarakat sekitar sebelum membuat sinetron. Sebab, dapat memengaruhi logika cerita.
 
"Sikap dasarnya yang penting. Jujur yang bukan hanya ingin mencari uang dengan cepat tetapi mengatasnamakan masyarakat inginnya begini atau begitu. Itu kan enggak jujur," jelasnya.
 
Hal itu berbeda dengan filmmaker yang membuat sinetron dengan mengasumsikan keinginan masyarakat, namun ternyata tidak melakukan pengamatan mendalam. Akibatnya, logika cerita dalam sinetron menjadi tidak masuk akal.
 
"Saya enggak terima kalau alasannya karena masyarakat pendidikannya rendah jadi enggak bisa diberikan sinetron yang canggih (bermutu). Kalau ada yang bilang begitu, mana hasil surveinya, saya mau lihat. Ada sampling-nya dari mana," ucapnya.
 

 
 
 
(ELG)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif