Hal itu dapat dilihat dari proses kreatif yang dilakukan. Meskipun tampil lebih kekinian, namun Wayang Kautaman tetap tidak meninggalkan tradisi wayang itu sendiri.
"Dari sisi plotnya, iringan musik (karawitan), busana, semua kami garap dengan detail dan bersama-sama, diskusikan bersama hingga akhirnya kami mendapatkan wujud pagelaran ini," ujar Ira Surono, produser Wayang Kautaman di TMII, Jakarta.
Nanang HP yang merupakan sutradara Wayang Kautaman juga menjelaskan bahwa lakon Sotya Gandhewa digarap dengan mempertimbangkan semua unsur keaktoran dan pola-pola baru yang berbeda dengan wayang tradisi.
Alur dan plot ceritanya dalam lakon ini menggunakan pendekatan pada alur teater atau drama, iringan musik yang digunakan juga berbeda dari biasanya.
Dalam musik serta busana juga banyak hal yang baru. Seperti musik yang dimainkan hampir 80 persen adalah baru. Dari sisi busana, setiap tokoh mengenakan perpaduan dua kain batik.
Dengan kebaruan yang ada dalam pertunjukan Wayang Kautaman ini, diharapkan pertunjukan seputar wayang bisa lebih dinikmati oleh generasi muda dan bisa memperkaya budaya wayang Indonesia.
"Produsernya masih muda, sutradaranya masih muda, seniman-senimannya punya karakter yang kuat. Ini sesuai moto Persatuan Pedalangan Indonesia untuk melestarikan dan mengenalkan wayang kepada generasi muda," ujar Kondang Sutrisno, Ketua Umum Organisasi Persatuan Pedalangan Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News