IRF akan kembali digelar untuk kedua kalinya pada 9 hingga 10 Januari 2016 di Desa Krapyak, Pucangan, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. 13 perwakilan provinsi di Indonesia, perwakilan Inggris serta perwakilan Filipina telah menyiapkan penampilan memukau untuk menghibur masyarakat.
Mereka akan menampilkan beberapa jenis kesenian, seperti tari, musik dan film. Sesuai dengan nama festival tersebut, karya seni yang ditampilkan juga bertema hujan.
Ketua pelaksana IRF 2016, Nuri Aryati mengatakan, festival tersebut merupakan ajakan kepada masyarakat untuk bersyukur atas hujan sebagai nikmat Tuhan.
“Selain pertunjukkan seni, IRF 2016 juga akan mengedukasi warga agar bisa memanfaatkan hujan untuk minum. Ada juga workshop tentang biopori,” paparnya.
Salah satu perwakilan dari Provinsi Kalimantan Timur, Jamaloge, mengungkapkan, akan mempersembahkan Tari Pekat bersama dengan dua orang kawannya.
Unik, sebab tarian ini akan disajikan di kandang kerbau. Jamaloge mengatakan, Tari Pekat mengandung pesan mendalam mengenai lingkungan. Menggabungkan dua gerak dasar yakni membumi dan melayang, Tari Pekat mengkritisi tentang kebakaran hutan yang terjadi di wilayah asal penari, Kalimantan Timur. Kebakaran hutan tersebut, ungkap Jamaloge, sulit dipadamkan karena tidak adanya hujan.
“Selama kurang lebih tiga bulan kami merasakan asap. Melalui tarian yang juga akan diwarnai sastra ini kami ingin menyampaikan supaya kejadian masa lalu tidak terulang lagi. Hukum jangan tajam ke bawah tapi tumpul ke atas,” paparnya. Jamaloge juga berharap pemerintah mengusut tuntas kasus kebakaran hutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News