Lola bersama mulai melakukan riset mengenai para orang-orang yang tidak bisa kembali ke Indonesia akibat peristiwa 1965. Tak mudah melakukan pendekatan dan mendapatkan kepercayaan para eksil.
Para eksil ini memang harus mengalami nasib nestapa akibat penolakan rejim Orde Baru karena dianggap berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sehingga bakal sulit untuk mereka menerima orang baru yang baru dikenal, khususnya yang berasal dari Indonesia.
"Kami mendapatkan kendala dalam proses pembuatannya. Selain masalah dana tentunya, masalah narasumber yang cukup sulit untuk ditemui dan mau bercerita. Karena mereka waspada sekali terhadap kita. Mereka mengira kita intel atau mata-mata, sehingga menjaga jarak dengan kita. Dan ini butuh proses untuk meyakininya," kata Lola Amaria di Jakarta.
Di tengah proses produksi dokumenter, Lola harus menemui kenyataan meninggalnya para eksil. Di antara 10 yang sebelumnya mereka wawancarai, enam orang sudah meninggal dunia sebelum film ini resmi tayang di bioskop 1 Februari 2024.
| baca juga: Perjalanan Panjang Lola Amaria Angkat Kisah Tragis Para Eksil 1965 ke Film |
“Untuk mempercayakan mereka enggak gampang, kecurigaan itu ada. Bahkan ketika kita mengambil video mereka juga mengambil video tentang kita. Jadi untuk mensiasati kita harus membantu masak atau cuci piring agar kecurigaan itu menjadi cair. Dari situ baru mereka percaya sama kita dan bisa diwawancarai secara terbuka," kata Sari Mochtar selaku line produser.
Film Eksil adalah dokumenter sejarah kelam Indonesia setelah tragedi 1965 dari sudut pandang para korban atau orang-orang asli Indonesia yang tak diakui negara hingga akhirnya terdampar di negeri orang seperti Rusia, Belanda, Ceko, Swedia dan lainnya.
Kisah sedih para eksil ini tentu bakal menguras air mata para penontonnya. Masih tabunya kisah para orang-orang yang dianggap terlibat dalam tragedi 1965 membuat Lola merasa terpanggil menghadirkan kisah mereka ke anak-anak muda.
Lola pun mengakui kerap sampai merahasiakan proses film ini karena mengangkat isu sensitif. Meski begitu, Lola dan tim mencoba melawan rasa takut itu demi menyampaikan kebenaran.
"Ini film dokumenter perdana saya. Di film ini menggunakan gaya bertutur, sehingga akan lebih mudah untuk dicerna terutama oleh generasi milenial dan generasi Z," ujarnya.
"Kedua generasi ini sudah sangat berjarak dengan sejarah masa lalu, apalagi dengan disrupsi informasi yang masif sekarang ini. Kepada merekalah anak-anak muda, termasuk orangtua film ini sesungguhnya kita berikan. Agar lebih tahu dengan keadaan yang sebenarnya yang dialami para Eksil," lanjutnya.
Film Eksil sebelumnya pernah meraih sejumlah penghargaan dan tayang di luar negeri, termasuk film dokumenter terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2023. Film Eksil akan tayang diPlaza Senayan XXI Jakarta, AEON Mall BSD City XXI Tangerang, Mega Bekasi XXI, TSM XXI Bandung, Ciputra World XXI Surabaya, Ringroad Citywalks XXI Medan, Empire XXI Yogyakarta dan Cinepolis Plaza Semanggi, Mall Lippo Cikarang serta Flix Ashta SCBD hingga CGV Aeon Mall Jakarta Grand Cakung (JGC) dan CGV JWalk Jogja.
"Film ini bukan untuk yang mengerti soal peristiwa 1965. Tapi ini untuk generasi saya dan di bawah saya yang tiap tahun dicekoki film G30S/PKI. Itu kayaknya harus tahu dari sisi sebelahnya dan ini yang bicara orangnya langsung, yang mereka yang berda di luar negri sebelum peristiwa PKI nggak boleh pulang. Mereka punya cerita yang jujur tentang itu," tutup Lola.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
