Terpilihnya film karya Lucky ini tidak main-main. Film itu harus bersaing dengan total 1.750 karya film pendek yang masuk ke meja panitia.
Critic's Week merupakan kategori bergengsi. Pada kategori ini para jurnalis dan kritikus film yang tergabung dalam Serikat Kritikus Film Prancis akan menentukan film terbaik dari seluruh dunia.
Juri kategori Critic's Week tahun ini dikepalai Ronit Elkabetz, seorang aktris dan sutradara asal Israel.
Lucky Kuswandi (Foto:Metrotvnews.com/Agustinus Shindu A)
"Sebagai pembuat film, aku enggak pernah menargetkan untuk festival. Berangkat dari isu yang kita ingin eksplor, ketika masuk Cannes itu bonus. Kita bikin film untuk penonton supaya bisa berbicara dan diskusi," kata Lucky dalam wawancara dengan Metrotvnews.com, di Jakarta, Kamis (23/4/2015).
Masuknya film Indonesia pada Festival Film Cannes memang bukan kali ini saja. Namun, untuk kategori film pendek di Critic's Week, ini yang pertama.
Pada 1989, Indonesia berhasil menembus festival film bergengsi ini melalui "Tjoet Nja' Dhien" karya Eros Djarot. Disusul Garin Nugroho melalui film "Daun di Atas Bantal" pernah masuk kategori Un Certain Regard Director, Festival Film Cannes 1998.
Sebelum Lucky, sutradara muda Edwin melalui film pendek "Kara, Anak Sebatang Pohon" terpilih dalam Festival Film Cannes 2005 kategori Director's Fortnight.
Festival Film Cannes digelar pada 13-24 Mei 2015, di Prancis. Dua film Indonesia lain, "Dedes" dan "Nyeker" juga masuk dalam acara pararel dari festival ini yang bertajuk Shorts Film Corner.
Sesi ini terbuka bagi sutradara mana pun yang ingin memamerkan filmnya, dengan kompensasi biaya yang harus dibayarkan kepada pihak penyelenggara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
