Namun dalam film laga adaptasi Wiro Sableng garapan sutradara Angga Sasongko, gaya bahasa semacam ini tampaknya mendapat peremajaan. Menurut salah satu pemain Fariz Al Farazi, para pemain tidak dituntut untuk berbicara dalam gaya bahasa "kolosal".
"Kami diperbolehkan pakai gaya bahasa sekarang, tetapi masih masuk akal," kata Fariz saat ditemui di kawasan Pantai Indah Kapuk Jakarta, Minggu, 29 April 2018.
"Kami pakai bahasa anak-anak sekarang. Terus gaya rambut enggak jadul banget. Wiro kan dulu gondrong banget, sekarang enggak," lanjutnya.
Fariz berperan sebagai pendekar tambun bernama Bujang Gila Tapak Sakti, keponakan sekaligus murid Dewa Ketawa. Nama aslinya Santiko. Senjatanya kipas besar dan jurusnya adalah gelombang angin dingin dari kedua tangan. Dia berbagi banyak adegan dengan Wiro yang diperankan Vino Bastian.
Dalam novel seri karya Bastian Tito, yang punya banyak kata "kisanak", Bujang Gila muncul pertama kali di edisi ke-71. Pertemuan pertama dengan Wiro terjadi dalam edisi ke-90 Kiamat di Pangandaran. Dalam
Wiro Sableng merupakan film adaptasi produksi Lifelike Pictures dan Fox International Production. Angga menjadi sutradara dengan skenario garapan Seno Gumira Ajidarma, Tumpal Tampubolon, serta Sheila Timothy yang sekaligus menjadi produser.
Wiro Sableng direncanakan rilis di bioskop pada September 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News