Angkara Murka merupakan film panjang pertama dari sutradara berbakat Eden Junjung. Dia sebelumnya dikenal lewat karya-karya pendeknya yang meraih pengakuan di festival internasional seperti Happy Family, Bura, dan The Intrusion.
Menggunakan judul internasional Mad of Madness, film Angkara Murka akan melakukan world premiere di Far East Film Festival (FEFF) 2025 di Udine, Italia, pada 30 April 2025 dan sekaligus berkompetisi di kategori White Mulberry Award for Best Debut Feature.
Forka Films sebelumnya memang membuat film yang juga banyak tayang di festival internasional seperti Siti, Turah, The Seen and Unseen, Memories of My Body, Yuni, Before, Now & Then dan Cigarettes Girl (Gadis Kretek).
"Angkara Murka merupakan langkah berani Forka Films ke ranah horor. Lewat film ini, kami menggabungkan teror, emosi, dan kritik sosial dalam satu pengalaman sinematik yang berbeda. Ceritanya dekat dengan realitas, tapi bicara dalam bahasa film yang bisa dinikmati siapa saja," kata Ifa Isfansyah sebagai produser.
| baca juga: Ancaman Teror Iblis di Film Godaan Setan yang Terkutuk |
Angkara Murka bercerita tentang Ambar (diperankan oleh Raihaanun), seorang ibu muda yang terpaksa bekerja di tambang pasir demi mencari suaminya, Jarot (Aksara Dena), yang hilang secara misterius di lokasi tambang tersebut. Namun, di balik kerasnya dunia pertambangan, Ambar menghadapi teror yang lebih dalam yaitu kekuasaan yang rakus, praktik tumbal, dan makhluk tak kasat mata yang menjaga tanah itu.
Bersama Lukman (Simhala Avadana), Ambar berusaha mengungkap rahasia yang dikubur di dalam tambang dan menghadapi kekuatan yang membungkam suara-suara lemah. Film Angkara Murka juga didukung oleh deretan aktor seperti Whani Darmawan dan Rukman Rosadi.
"Saya tumbuh di kaki gunung yang katanya dihuni setan, tapi seiring waktu saya sadar, ketakutan itu sengaja ditanamkan untuk membungkam. Lereng yang dibilang angker, ternyata jadi ladang tambang ilegal. Itulah horor yang sebenarnya," kata Eden Junjung.
Raihaanun merasa tertantang ketika mendapat tawaran film ini. Pasalnya, dia diharuskan melakukan doalog Jawa sepenuhnya di film ini. Belum lagi lokasi syuting yang terletak di tempat penambangan.
"Mas Eden langsung mengasah kami sebagai pemain, tidak ada perantara pemain dan sutradara jadi langsung dipolesnya. Ada proses reading, kami berulang omong skrip yang sudah kami pegang. Tapi untuk mematenkan skrip agar lebih fasih, meyakinkan karakternya, sebelum take itu kami ulang terus sampai terdengarnya seperti orang Jawa," kata Raihaanun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
