Film No Other Land merupakan kolaborasi dari aktivis Palestina, Basel Adra, dan seorang jurnalis investigasi asal Israel bernama Yuval Abraham. Ada juga Hamdan Ballal dan Rachel Szor yang ikut terlibat sebagai sutradara dan penulis skenario.
Film No Other Land tayang perdana di Festival Film Internasional Berlin ke-74 untuk bagian Panorama pada 16 Februari 2024. Film tersebut juga memenangkan Penghargaan Penonton Panorama untuk Film Dokumenter Terbaik dalam festival tersebut.
Dengan kemenangannya di Penghargaan Film Dokumenter Berlinale, film No Other Land pun bisa berpartisipasi untuk memperebutkan Piala Oscar 2025. Tanpa diduga, film tersebut akhirnya membawa pulang gelar sebagai Film Dokumenter Terbaik.
Selain itu, No Other Land juga tayang di berbagai festival film dunia. Mulai dari Festival Film Dokumenter Internasional Kopenhagen, Festival Film Sydney ke-71, Festival Film Internasional Karlovy Vary ke-58, Festival Film Internasional Toronto 2024, Festival Film Internasional Vancouver 2024, Festival Film Internasional Busan ke-29, hingga Festival Film Internasional Singapura ke-35.
Film No Other Land diproduksi setelah pertemuan Yuval Abraham dan Rachel Szor dengan Basel Adra pada lima tahun lalu. Mereka yang merupakan aktivis pun akhirnya berteman dan mengerjakan artikel bersama.
"Ketika Yuval dan Rachel, yang adalah orang Israel, datang lima tahun lalu untuk menulis tentang berbagai hal—Yuval adalah seorang jurnalis—kami bertemu dan menjadi teman, tetapi juga aktivis bersama, mengerjakan artikel tentang daerah tersebut. Lalu kami mendapat ide untuk melakukan ini, untuk membuat film ini (No Other Land)," jelas Basel Adra kepada Variety pada 2024 lalu.
Film No Other Land diproduksi selama 4 tahun, terhitung mulai 2019 hingga 2023. Film tersebut pun rampung pada Oktober 2023.
Film No Other Land bisa ditonton melalui layanan streaming KlikFilm, Apple TV, Rakuten TV, Amazon Prime Video, dan Microsoft Store.
Sinopsis Film Dokumenter No Other Land
Basel Adra, seorang aktivis muda Palestina, yang sejak kecil telah melawan penggusuran paksa oleh militer Israel di Masafer Yatta, Tepi Barat. Ia mendokumentasikan penghancuran tanah airnya, di mana tentara Israel merobohkan rumah-rumah dan mengusir penduduk.
Dalam perjuangannya, Basel menjalin persahabatan dengan Yuval, seorang jurnalis Yahudi Israel. Meskipun mereka memiliki ikatan yang kuat, persahabatan mereka diuji oleh perbedaan kondisi kehidupan mereka yang mencolok dengan Basel hidup di bawah penindasan dan kekerasan, sementara Yuval menikmati kebebasan dan keamanan.
Film ini menggambarkan perjuangan Basel dan Yuval dalam menghadapi konflik Israel-Palestina, serta menyoroti ketidakadilan yang dialami oleh warga Palestina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News