Remy Sylado (Foto: dok. Remy Sylado)
Remy Sylado (Foto: dok. Remy Sylado)

Mengenal Remy Sylado, dari Puisi Mbeling hingga Penulis Puluhan Novel

Medcom • 12 Desember 2022 14:13
Jakarta: Kabar duka kembali datang dari dunia seni Tanah Air. Aktor sekaligus sastrawan Remy Sylado meninggal dunia pada 12 Desember 2022. Pria yang memiliki nama lengkap Yusbal Anak Perang Imanuel Panda Abdiel Tambayong itu dikenal dengan seniman yang multitalenta.
 
Dilansir dari laman Kemendikbud, 12 Desember 2022, Remy Sylado berprofesi sebagai penyair, novelis, cerpenis, dramawan, kritikus sastra, pemusik, penyanyi, penata rias, aktor, ilustrator, wartawan, hingga dosen.
 
Jika berbicara tentang dunia menulis, Remy tidak lepas dari penelitian yang intensif. Bahkan, ia mencari bahan novelnya di perpustakaan luar negeri.

Remy dikenal sebagai pelopor "puisi mbeling." "Puisi mbeling" merupakan bagian dari gerakan mbeling yang diprakarsai oleh Remy Sylado. Gerakan ini dimaksudkan untuk mendobrak sikap rezim Orde Baru yang dipandang feodal dan munafik.
 
Remy Sylado yang menamatkan SMA pada tahun 1959 di Semarang, sempat bermain drama bertajuk “Midsummer Night’s Dream” karya Shakespeare. Kemudian, pada 1959 hingga 1962, ia belajar di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), Solo, dan di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), Solo, dan Akademi Bahasa Asing (Jakarta).
 
Tentunya, ia juga aktif dalam bidang jurnalistik. Di antaranya adalah menjadi wartawan harian Sinar Harapan pada 1963 sampai 1965. Lalu, melanjutkan dengan Redaktur Pelaksana harian Tempo di Semarang selama satu tahun, majalah Top dari 1973 hingga 1976, majalah Fokus dari 1982 sampai 1984, dan Redaktur majalah Vista.
 
Tak hanya itu, ia juga pernah menjadi dosen di Akademi Sinematografi Bandung sejak 1971. Serta, pria kelahiran 1943 itu juga menjadi redaktur pertama rubik “Puisi Mbeling” dalam majalah Aktuil di Bandung pada 1972 hingga 1975.
 
Pria yang mulai menulis dari usia 16 tahun itu juga mendapatkan penghargaan Khatulistiwa Award 2002 dengan novelnya yang berjudul Kerudung Merah Kirmizi. Tahun 2006, ia kembali memperoleh penghargaan dari Pusat Bahasa bersama-sama dengan Sitor Situmorang dan Sitok Srengenge.
 
Hingga kini, Remy Sylado sebagai novelis telah menulis lebih dari 50 novel. Di antaranya adalah 20 novel anak-anak dan 30 lebih novel keluarga. Bahkan, ia juga menulis novel sejarah. Novelnya yang berjudul Ca Bau Kan juga telah diadaptasi ke layar lebar.
 
Bukan hanya aktif di dunia tulis-menulis, Remy juga menggemari musik dan sang ayah yang menyadari bakat putranya itu menjuluki dengan sebutan “Jubal”, di mana artinya adalah bapak musik yang diambil dari Kitab Genesis.
 
Dalam bermusik, Remy telah merilis dua album penuh, yaitu Orexas (1978), dan Bromocorah dan Putrinya (1983).
 

(Sherviana)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ASA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan