Produser Eksekutif Joao Mota merasa terhormat bisa memproduksi film Seribu Bayang Purnama agar bisa memuliakan para petani. Ia ingin mengubah stigma masyarakat terhadap pekerjaan tersebut.
“Orang selalu bilang bahwa petani itu gelap. Kulitnya gelap, masa depannya gelap, harapannya gelap, nasibnya juga gelap. Tapi dari pengalaman saya petani, ternyata petani itu menjadi sumber kehidupan saya,” ungkap Joao Mota di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa, 26 Juni 2025.
“Sekarang saya mau coba membuat teman-teman yang petani yang lain tidak gelap lagi dan penuh harapan,” tambahnya.
Ia mengatakan film Seribu Bayang Purnama memiliki nilai filosofi tentang ketulusan dan kesetian para petani dalam mengelola lahannya demi kesejahteraan banyak orang.
baca juga:
|
“Mereka benar-benar tulus, ikhlas, mengorbankan waktunya, memberikan dirinya di sinari matahari dari pagi sampai siang, supaya bisa menanam, supaya kita semua yang ada di sini itu bisa makan,” kata Joao Mota.
Ia meminta langsung sutradara Yahdi Jamhur untuk menggarap film Seribu Bayang Purnama. Joao Mota bahkan sampai mengajak Yahdi bertani di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada satu tahun yang lalu.
Dari pelajaran itu, Yahdi Jamhur pun mengetahui bagaimana realita kehidupan seorang petani. “Kita mempelajari juga akhirnya, petaninya itu sendiri nasibnya gimana. Oh ternyata seperti tadi yang saya bilang, kebanyakan petani kita enggak sejahtera,” ujarnya.
Setelah belajar dan merasa prihatin dengan nasib petani di masa depan, ia bersama tim produksi langsung memulai syuting secepatnya. Dimulai dari survei lokasi di Bantul, Jawa Tengah, pada tanggal 10 Agustus 2024, hingga syuting mulai 29 September 2024.
Percepatan jadwal syuting bertujuan agar film Seribu Bayang Purnama bisa memberikan pengaruh agar masyarakat tergerak mengubah nasib para petani di Indonesia.
“Resonansinya itu yang bisa menggerakan kita semuanya berharap pada social movement itu bergerak dari masyarakat sendiri bisa mandiri merubah nasibnya sendiri,” ujar Yahdi Jamhur.
Tajuk Seribu Bayang Purnama tidak digunakan secara sembarangan, karena memiliki koneksi dengan karakter utama dalam filmnya, yakni Putro Hari Purnama yang diperankan oleh Marthino Lio.
“Jadi bayang-bayang si Putro itu. Nanti yang menuntun petani-petani muda kita (seperti Putro). Dia (Putro) menjalankan petani karena pilihan. Dia menjadikan bertani itu lifestyle dia. Bukan menjadi petani karena terpaksa, itu yang kita inginkan,” jelas Yahdi Jamhur.
Kisah yang dihadirkan dalam film Seribu Bayang Purnama menjadi alasan kuat aktris Givina Lukita Dewi ikut bergabung dan berperan sebagai Ratih. Ia mengaku mendapatkan banyak inspirasi dari cerita film ini.
“Denger ceritanya aja aku udah terinspirasi. Begitu baca skripnya lebih terinspirasi lagi,” tutur Givina.
Aktris kelahiran tahun 1996 itu berharap inspirasi itu juga bisa tertular kepada orang lain, khususnya generasi muda.
“Aku pengen semoga inspirasi ini tuh tertular juga untuk generasi-generasi muda sekarang, termasuk generasi aku,” pungkas Givina.
Film Indonesia pertama tentang pertanian yang diproduksi oleh Baraka Films ini akan tayang di bioskop mulai 3 Juli 2025. Film ini dibintangi oleh Marthino Lio, Givina Lukita Dewi, Agustinus Gusti Nugroho atau Nugie, Whani Darmawan, dan Aksara Dena.
Seribu Bayang Purnama menceritakan tentang Putro Purnomo (Marthino Lio), seorang pemuda yang kembali ke desanya dan bertekad memperkenalkan metode pertanian alami untuk membantu petani mengurangi biaya dan meningkatkan panen. Namun, upayanya ini ditentang oleh keluarga rival lamanya yang kemudian menantangnya dalam kompetisi pertanian bergengsi.
Perjuangan Putro semakin rumit ketika ia jatuh cinta pada Ratih (Givina), putri dari keluarga rivalnya yang juga seorang pemilik toko pupuk dan pestisida. Di tengah gejolak batin dan konflik sosial, Putro harus membuktikan nilai pertanian berkelanjutan dan menghadapi ujian berat dalam upayanya membawa perubahan bagi masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id