Dalam sebuah konferensi pers menyambut Hari Film Nasional, aktor sekaligus produser Prilly Latuconsina menyampaikan visi dan harapan untuk memajukan dunia perfilman Indonesia.
“Berkembangnya industri film Indonesia sudah pasti tidak luput dari sumber daya manusianya,” kata Prilly saat ditemui di Taman Ismail Marzuki (TIM), Menteng, Jakarta Pusat.
“Saya berharap semakin banyak sineas muda yang bisa mendapat kesempatan untuk berkarya dan menginspirasi sehingga film Indonesia bisa terus berkembang,” ucapnya.
Sementara itu, produser Taufan Adryan dari Visinema Pictures mengungkapkan visinya untuk memikat perhatian publik lebih banyak.
“Selayaknya storyteller, kami ingin bisa bercerita ke lebih banyak orang dan berharap kami bisa menyentuh lebih banyak audiens,” katanya.
baca juga: 10 Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa |
Sutradara, produser, sekaligus pendiri Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) Ifa Isfansyah juga mengungkapkan ekosistem film membutuhkan empat elemen sebagai kunci perkembangan film Indonesia.
“Empat elemen dalam ekosistem film, yaitu pembuat film, pemerintah, media massa, dan penonton, saat ini memiliki visi yang sama. Harapan saya di hari film ini adalah keempat elemen tersebut bisa terus satu visi karena itu kunci untuk berkembang,” tuturnya.
Sejarah Hari Film Nasional
Tanggal 30 Maret dipilih menjadi Hari Film Nasional. Tanggal tersebut dipilih karena merupakan hari pertama syuting film Darah dan Doa (1950), sebuah film yang diyakini sebagai film yang dibuat oleh orang Indonesia. Usmar Ismail yang bertindak sebagai sutradara film itu.
Selain disutradarai oleh legenda film Indonesia, Darah dan Doa juga merupakan film Indonesia pertama yang diproduksi oleh Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini). Sebelumnya, karya-karya film Indonesia memiliki campur tangan dari Belanda atau Jepang.
12 tahun setelahnya pada 11 Oktober 1962, konferensi Dewan Film Nasional bersama dengan Organisasi Perfilman menetapkan tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional. Usmar Ismail sebagai pendiri Perfini dan Djamaludin Malik sebagai pendiri Perseroan Artis Indonesia (Persari) ditetapkan sebagai Bapak Perfilman Nasional.
Hari peringatan ini secara resmi disahkan pada 30 Maret 1999 di Istana Negara oleh Presiden Indonesia kala itu, B.J. Habibie melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 25 Tahun 1999 tentang Hari Film Nasional.
Hadirnya Hari Film Nasional dinilai penting untuk membangkitkan semangat, motivasi dan kepercayaan diri kepada para sineas di Tanah Air sehingga kualitas-kualitas film yang dibuat dapat bersaing secara nasional maupun internasional.
(Theresia Vania Somawidjaja)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News