Aktris dengan nama asli Sri Wulandari Lorraine Joko Guritno ini memberikan tanggapan terkait keberadaan ruang aman bagi sineas perempuan di industri perfilman yang sebagian besar didominasi oleh laki-laki. Menurutnya, ini adalah suatu perjalanan panjang yang masih terus diperjuangkan.
Sebagai bagian dari Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI), aktris ini mencoba menciptakan ruang aman bagi para perempuan pekerja film. Melalui wawancara eksklusif bersama Medcom.id, Wulan mengenang bagaimana banyak kejadian pelecehan kepada perempuan di lokasi syuting.
“Jadi, banyak sekali kejadian-kejadian di lokasi. Entah itu ada yang merasa dilecehkan, pelecehan, hal-hal seperti itu. Karena, kan, (industri film) tempat dominated by men. Tapi, sekarang, tuh, juga udah enggak,” ceritanya.
Wulan Guritno menegaskan bahwa industri film Indonesia perlahan-lahan mulai banyak mempekerjakan perempuan sebagai bagian dari kru syuting. Namun, sebagai produser, ia tetap membuat kontrak demi keselamatan para buruh sinema.
“Banyak sekali pekerja wanita. Even, kameramen kita juga udah banyak yang perempuan. Tapi, tetap bagaimanapun juga, akhirnya pasal-pasal itu dilontarkan dan ditetapkan,” akuinya.
Selaku bagian dari asosiasi produser, Wulan juga bertanggung jawab atas poin-poin yang ditetapkan dalam kontrak kerja pekerja film. Bahkan, ia dan para anggota APROFI tak segan memberi sanksi berat kepada pelaku pelecehan seksual.
“Karena (sebagai) associate producer, kontrak-kontrak itu, kan, kita yang pegang. Kita yang buat. Jadi, di kontrak itu harus ada (sanksi) dan kita juga mengukuhkan, ‘Kalau sampai ada sesuatu yang dilakukan (merujuk pada) pelecehan, maka kita berjanji (bahwa) semua produser tidak memakai dia lagi,” kecam Wulan.
Lanjutnya, “Dan itu sudah pernah terjadi.”
Aktris berusia 44 tahun itu mendorong bahwa ketegasan sanksi terhadap pelaku pelecehan seksual harus benar-benar diamplifikasi demi menghindari kasus seperti ini di ranah profesional. Mereka dengan senang hati memberi tahu para sineas baru untuk tidak mempekerjakan pelaku tersebut.
“Karena kalau enggak (ditaati), lu udah gak kepake lagi di industri. Produser udah gak ada yang mau. Kita udah janjian semua. Pernah ada produser baru yang tidak ada di dalam APROFI memakai orang tersebut. Itu kita bilangin, ‘Jangan dipake lagi, ya. Next (time).’,” ceritanya kepada Medcom.id.
Shaloom Razade, putri sulung Wulan Guritno, ikut menimpali, “Kadang-kadang ada beberapa orang yang gak dapet infonya.”
Akhir kata, Wulan Guritno hanya mengedepankan solidaritas antarsineas perempuan dalam industri ini. Ia sedikit menyayangkan bagaimana banyak produser dan rumah produksi baru yang tidak tahu tentang rekam jejak sosok ini sehingga mereka kerap mempekerjakannya. Jika sudah terjadi, sudah menjadi tugas Wulan dan jajaran APROFI untuk menghubungi produser utama serta memberi tahu latar belakang yang bersangkutan.
(Nyimas Ratu Intan Harleysha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News