YOUR FASHION
Giorgio Armani: Warisan Elegansi yang Tak Pernah Pudar
A. Firdaus
Jumat 05 September 2025 / 15:34
Milan Berduka. Dunia fashion kehilangan salah satu maestro terbesarnya. Giorgio Armani, desainer legendaris asal Italia yang identik dengan setelan jas lembut nan elegan, berpulang pada usia 91 tahun di kediamannya, Kamis lalu.
Sang visioner meninggalkan dunia dengan tenang, dikelilingi oleh orang-orang terkasih. Namun warisan karyanya tetap hidup, terpahat dalam setiap potongan kain, setiap garis bahu yang melembut, dan setiap palet warna netral yang kini menjadi DNA elegansi modern.
Rumah mode Armani mengumumkan, masyarakat dapat memberikan penghormatan terakhir di Via Bergognone 59, Milan, pada 7–8 September mendatang, sebelum pemakaman privat dilangsungkan.
“Dengan duka yang tak terhingga, Armani Group mengumumkan berpulangnya sang pencipta, pendiri, dan penggerak tak kenal lelah,” demikian pernyataan resmi mereka.
Lahir pada 11 Juli 1934, Armani memulai karier sebagai penata etalase sederhana, sebelum berguru pada maestro busana pria Nino Cerruti. Tahun 1975 menjadi titik balik: ia meluncurkan label Giorgio Armani, yang kelak mendefinisikan mode pria dan wanita selama lebih dari lima dekade.
Armani menolak kekakuan. Ia melembutkan bahu jas, merampingkan pinggang, memperkenalkan kain-kain baru yang ringan, namun tetap mewah. Palet netralnya; abu-abu, beige, hijau pucat menjadi kanvas baru bagi elegansi modern. Ia membebaskan jas dari kekakuan militeristik menjadi sesuatu yang mengalir, sensual, dan abadi.
Karya Armani bukan hanya milik runway. Hollywood pun jatuh cinta. Leonardo DiCaprio dalam The Wolf of Wall Street, Christian Bale sebagai Patrick Bateman dalam American Psycho, hingga tuksedo putih Brad Pitt dalam Inglourious Basterds, semuanya mengenakan rancangan Armani.
Panggung Oscar pun menjadi galeri tak resmi baginya. Michelle Pfeiffer, Julia Roberts, hingga Jodie Foster, semua tampil dalam kemewahan yang sederhana, namun penuh pernyataan. Dan siapa bisa lupa Lady Gaga, dalam gaun futuristik Armani Privé di Grammy 2010, yang masih dikenang sebagai salah satu momen mode terbaiknya?
Cate Blanchett, Diane Keaton, Victoria Beckham, Katie Holmes, daftar panjang ikon yang jatuh dalam pelukan busana Armani adalah bukti bahwa ia tak hanya mendesain pakaian, tetapi juga identitas.
Armani bukan sekadar desainer. Ia adalah narator elegansi, pencerita yang menggunakan kain sebagai kalimat, dan siluet sebagai tanda baca. Karyanya mempersatukan dunia pria dan wanita dalam satu bahasa yang sama: keanggunan tanpa waktu.
Kini, sang maestro telah berpulang. Namun setiap setelan jas, setiap gaun malam, setiap potongan Armani yang menghiasi sejarah mode, adalah bukti bahwa ia tak pernah benar-benar pergi.
Armani adalah mahakarya itu sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Sang visioner meninggalkan dunia dengan tenang, dikelilingi oleh orang-orang terkasih. Namun warisan karyanya tetap hidup, terpahat dalam setiap potongan kain, setiap garis bahu yang melembut, dan setiap palet warna netral yang kini menjadi DNA elegansi modern.
Rumah mode Armani mengumumkan, masyarakat dapat memberikan penghormatan terakhir di Via Bergognone 59, Milan, pada 7–8 September mendatang, sebelum pemakaman privat dilangsungkan.
“Dengan duka yang tak terhingga, Armani Group mengumumkan berpulangnya sang pencipta, pendiri, dan penggerak tak kenal lelah,” demikian pernyataan resmi mereka.
Dari etalase ke panggung dunia
Lahir pada 11 Juli 1934, Armani memulai karier sebagai penata etalase sederhana, sebelum berguru pada maestro busana pria Nino Cerruti. Tahun 1975 menjadi titik balik: ia meluncurkan label Giorgio Armani, yang kelak mendefinisikan mode pria dan wanita selama lebih dari lima dekade.
Armani menolak kekakuan. Ia melembutkan bahu jas, merampingkan pinggang, memperkenalkan kain-kain baru yang ringan, namun tetap mewah. Palet netralnya; abu-abu, beige, hijau pucat menjadi kanvas baru bagi elegansi modern. Ia membebaskan jas dari kekakuan militeristik menjadi sesuatu yang mengalir, sensual, dan abadi.
Dari Hollywood hingga karpet merah
Karya Armani bukan hanya milik runway. Hollywood pun jatuh cinta. Leonardo DiCaprio dalam The Wolf of Wall Street, Christian Bale sebagai Patrick Bateman dalam American Psycho, hingga tuksedo putih Brad Pitt dalam Inglourious Basterds, semuanya mengenakan rancangan Armani.
Panggung Oscar pun menjadi galeri tak resmi baginya. Michelle Pfeiffer, Julia Roberts, hingga Jodie Foster, semua tampil dalam kemewahan yang sederhana, namun penuh pernyataan. Dan siapa bisa lupa Lady Gaga, dalam gaun futuristik Armani Privé di Grammy 2010, yang masih dikenang sebagai salah satu momen mode terbaiknya?
Cate Blanchett, Diane Keaton, Victoria Beckham, Katie Holmes, daftar panjang ikon yang jatuh dalam pelukan busana Armani adalah bukti bahwa ia tak hanya mendesain pakaian, tetapi juga identitas.
Elegansi yang abadi
Armani bukan sekadar desainer. Ia adalah narator elegansi, pencerita yang menggunakan kain sebagai kalimat, dan siluet sebagai tanda baca. Karyanya mempersatukan dunia pria dan wanita dalam satu bahasa yang sama: keanggunan tanpa waktu.
Kini, sang maestro telah berpulang. Namun setiap setelan jas, setiap gaun malam, setiap potongan Armani yang menghiasi sejarah mode, adalah bukti bahwa ia tak pernah benar-benar pergi.
Armani adalah mahakarya itu sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)