YOUR FASHION

Makna Paes Pengantin dalam Pernikahan Adat Jawa Luna Maya dan Maxime Bouttier

Yuni Yuli Yanti
Kamis 08 Mei 2025 / 14:10
Jakarta: Pasangan selebriti, Luna Maya dan Maxime Bouttier resmi menikah pada Rabu (7/5/2025) di COMO Shambhala Estate, Ubud, Bali. Pernikahan adat Jawa yang yang sangat sakral ini digelar secara tertutup, hanya dihadiri keluarga dan sahabat terdekat.

Sejak prosesi siraman yang di gelar sehari sebelum pernikahan, pasangan ini memang memilih adat Jawa sebagai tema utama dalam momen perayaan hari bahagianya.

Ternyata jika dilihat kembali filosofinya, ayah Luna (Uut Bambang Sugeng) berasal dari Jawa dan Ibunda Maxime (Siti Purwanti) berasal dari suku Jawa. Karena rasa bangganya, Luna dan Maxime pun memilih adat Jawa untuk pernikahannya. 

Dalam prosesi akad nikah, Luna terlihat anggun dalam balutan kebaya modern berwarna putih dengan potongan leher semi v-neck. Kebaya tersebut memiliki siluet lurus panjang hingga menyentuh lantai dengan bordir bermotif bunga dan daun yang sangat indah. 

Wanita berusia 41 tahun itu memadukan kebaya dengan kain batik khas Yogyakarta berwarna coklat-putih, sehingga membuat dirinya terlihat bak pengantin Keraton Yogyakarta.

Penampilan Luna pun semakin menawan dengan hiasan Paes dan konde berhias ronce melati yang dipadukan dengan cunduk mentul serta veil panjang menyapu lantai. Perempuan yang mengawali karier sebagai model di tahun 1999 ini memilih Paes berbentuk runcing dengan aksesori emas di atasnya. 

Melansir dari Bridestory, Paes adalah riasan untuk pengantin perempuan dari area dahi hingga rambut. Lekukan-lekukan paes pada dahi disebut cengkorongan. Yogyakarta dan Solo adalah dua daerah yang dikenal akan paesnya. Paes biasanya menggunakan pidih berwarna hitam, kecuali paes basahan Solo yang berwarna hijau.
 

Makna Paes Jawa



(Penampilan Luna menawan dengan hiasan Paes dan konde berhias ronce melati yang dipadukan dengan cunduk mentul serta veil panjang menyapu lantai. Video: Dok. Intagram Luna Maya/@lunamaya)

Paes Yogyakarta merupakan sebutan riasan pengantin perempuan yang banyak digunakan di wilayah Yogyakarta. Ciri khas riasan ini adalah bentuknya yang lebih runcing seperti daun sirih dengan susunan penunggul, cithak, pengapit, penitis, dan godheg, di mana setiap bagiannya memiliki makna, seperti dikutip dari Jakarta Note Book:
 

- Gajahan atau Penunggul


Terletak pada bagian tengah dahi serta berbentuk seperti daun sirih dan ujung bulatan telur bebek, riasan ini punya makna sebagai harapan agar pengantin perempuan selalu dihormati dan dijunjung derajatnya.
 

- Cithak


Hiasan berbentuk belah ketupat yang dipasang pada bagian tengah dahi ini melambangkan petunjuk dari Sang Pencipta agar pengantin perempuan terhindar dari perbuatan tercela.
 

- Pengapit


Digambar pada bagian kanan dan kiri gajahan atau penunggul yang berisi harapan agar perempuan dapat menemani dan mengarahkan pasangannya agar selalu berada di jalan yang lurus.
 

- Penitis


Berada di sebelah pengapit, penitis punya bentuk yang lebih bulat dan tidak runcing. Riasan ini dihubungkan dengan kesejahteraan yang melambangkan setiap pernikahan harus memiliki tujuan sehingga memerlukan perencanaan yang baik.
 

- Godheg


Berbentuk lengkungan ke arah telinga, godheg memiliki makna agar pasangan pengantin dapat berperilaku secara bijaksana dan selalu mengintrospeksi perbuatannya.

Pada momen akadnya, Luna terlihat memakai Paes Yogyakarta Putri dengan model dan bentuk yang sama dengan Paes Ageng Jogja, hanya saja Paes ini lebih sederhana. 

Bagian pinggir riasan ini tidak dihiasi serbuk emas sehingga terlihat lebih polos dan sederhana. Selain itu bagian rambut pengantin hanya dihiasi satu cunduk mentul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH