WISATA

Barefoot Luxury di Innit Lombok, ketika Arsitektur dan Alam Menyatu Sempurna

A. Firdaus
Jumat 07 November 2025 / 20:28
Jakarta: Di pesisir tenggara Lombok, tersembunyi sebuah permata yang jarang disentuh arus wisata massal. Teluk Ekas, dengan lanskap perbukitan yang mengalun lembut dan laut yang berubah warna dari biru pucat ke toska tua, menjadi rumah bagi Innit Lombok, sebuah resor yang tak sekadar tempat menginap, melainkan pernyataan tentang bagaimana manusia bisa hidup berdampingan dengan alam tanpa mendominasi.

Dibangun dengan filosofi 'open living', Innit Lombok meniadakan batas antara kamu dan pasir pantai. Lantai bawah setiap beach house dibuat dari pasir alami, bukan sekadar imitasi, tetapi pasir yang sama dari pantai tempatnya berdiri.

Di sini, kamu dapat menikmati makan malam dengan kaki telanjang di atas pasir, diterpa angin laut tanpa pendingin ruangan buatan, sembari mendengarkan irama ombak yang mengisi ruang. Inilah definisi sejati dari barefoot luxury, kemewahan yang membumi, tenang, dan sepenuhnya organik.
 

Nama tanpa cerita, namun penuh makna


Menariknya, nama 'Innit' sendiri lahir tanpa kisah yang dibuat-buat. Tidak ada makna filosofis di awal, namun seiring waktu, nama ini menjelma menjadi simbol kesederhanaan dan keaslian. 

"Kadang, ketiadaan cerita justru menjadi cerita terbaik. Nama ini membiarkan setiap tamu menulis narasinya sendiri, sesuai dengan pengalaman yang mereka temukan di sini," ujar Resort Manager & Head Chef Matthew Angga.

Teluk Ekas, di mana alam menjadi arsitek utama


Terletak di Teluk Ekas, kawasan yang masih alami dan jauh dari hiruk-pikuk pariwisata mainstream, Innit Lombok dibangun dengan satu prinsip utama: bukan alam yang harus menyesuaikan desain, tetapi desainlah yang menyesuaikan alam.

Tidak ada tanah yang diratakan, tidak ada pohon yang ditebang tanpa alasan. Setiap bangunan mengikuti kontur alami tanah, setiap sudut dirancang untuk menangkap arah angin dan cahaya alami. 


Di Teluk Ekas, kamu bisa melihat waktu dan pasir menyatu. (Dok. Martin Westlake)

"Hasilnya, resor ini terasa seperti bagian dari lanskap itu sendiri. Bukan tambahan buatan, melainkan kepanjangan tangan dari alam Teluk Ekas," terang Matthew.

Banyak tamu mengatakan, waktu di sini terasa berjalan lebih lambat. Keheningan yang mengalir lembut, suara ombak yang konstan, dan warna laut yang berubah setiap jamnya menciptakan ruang refleksi yang sulit ditemukan di tempat lain di Lombok.
 

Sasak Modern, arsitektur yang menyatu dengan tradisi


Desain Innit Lombok adalah karya dari Andra Matin, Gregorius Supie Yolodi, dan Maria Rosantina. Tiga arsitek ternama yang dikenal dengan pendekatan kontekstual terhadap alam Indonesia. 

"Inspirasi utamanya berasal dari Rumah Sasak, rumah tradisional masyarakat Lombok yang dibangun dengan sistem pilotis (bertiang di atas tanah)," ucap Matthew.


Tidak ada tanah yang diratakan, tidak ada pohon yang ditebang tanpa alasan. (Dok. Ruben Beeris)

Alih-alih sekadar meniru bentuknya, Innit Lombok menginterpretasikan ulang filosofi ruang Rumah Sasak. Lantai dasar terbuka sebagai area komunal untuk bersosialisasi dan makan bersama, sementara lantai atas menjadi ruang privat yang tenang.

"Keseimbangan antara keterbukaan dan keintiman ini menghadirkan pengalaman tinggal yang sekaligus sosial dan meditative," lanjutnya.
 

Arsitektur yang bernapas bersama alam


Innit Lombok menggunakan material lokal seperti kayu, bambu, dan batu alam. Tak hanya mempercantik visual, pemilihan material ini menjaga suhu ruangan tetap nyaman secara alami. 

Sistem ventilasi silang memastikan sirkulasi udara berjalan sempurna tanpa perlu AC. Sementara cahaya alami yang masuk dari berbagai sisi menciptakan atmosfer hangat dan menenangkan.


Living space jadi momen di mana kemewahan tanpa alas kaki tercipta. (Dok. Martin Westlake)

Menariknya, detail-detail bangunan dikerjakan langsung oleh pengrajin lokal dengan teknik tradisional. Hasilnya bukan hanya struktur yang indah, tetapi juga bentuk nyata dari kolaborasi antara tradisi dan inovasi. Setiap beach house bukan sekadar bangunan, melainkan karya hidup yang berdialog dengan alam sekitarnya.
 

Privasi dalam keterbukaan


Meski mengusung konsep terbuka, Innit Lombok tidak mengorbankan privasi. Tirai bambu, kisi kayu, dan vegetasi alami digunakan untuk menciptakan batas visual yang halus tanpa menutup pandangan laut atau menghalangi angin yang melintas.


Terdapat dua kamar di masing-masing resort. Salah satunya yang memiliki garden view. (Dok. Martin Westlake)

Area tidur dan kamar mandi ditempatkan di lantai atas, memberikan ruang untuk menyendiri, merenung, atau sekadar menikmati keheningan Teluk Ekas dari jendela terbuka.


Untuk yang beach view, kamu bisa sekadar menikmati keheningan Teluk Ekas dari jendela terbuka. Dok. Martin Westlake

Di Innit Lombok, setiap ruang dirancang untuk memungkinkan kamu merasakan kebebasan tanpa kehilangan rasa aman. Sebuah keseimbangan langka antara keintiman dan kebebasan yang hanya bisa tercapai bila desain benar-benar memahami manusia dan alam.
 

Dari Kebun ke Meja, sebuah filosofi rasa yang jujur


Dapur Innit Lombok berangkat dari prinsip farm-to-table. Para chef mengolah bahan segar dari kebun organik milik resor, berpadu hasil laut yang diperoleh langsung dari nelayan Ekas setiap hari. Semua diracik dengan teknik memasak tradisional dan modern, menciptakan harmoni rasa Nusantara dalam tampilan kontemporer yang memikat.

Kesegaran adalah fondasi. Kejujuran rasa menjadi tujuan. Setiap hidangan bukan hanya sekadar makanan, tapi cerita tentang tanah, laut, dan tangan-tangan lokal yang membesarkannya.
 

Lobster Barbecue Anakampung: Rasa, Ritual, dan Keintiman


Salah satu pengalaman kuliner paling berkesan di Innit adalah Lobster Barbecue khas Anakampung. Pengalaman dimulai dari laut, nantinya kamu dapat melihat bahkan memilih sendiri lobster yang dipelihara secara alami di keramba tepat di depan restoran. 

"Dibutuhkan hampir satu tahun bagi seekor lobster untuk tumbuh dari larva hingga ukuran dewasa yang siap dikonsumsi, dan seluruh prosesnya berlangsung alami tanpa pakan buatan," ungkap Matthew.


Saat matahari mulai turun, lobster dibakar di tepi pantai menggunakan teknik api unggun tradisional. Asap kayu menyapa udara laut senja, menghadirkan sensasi rasa yang elegan.

Bagi banyak tamu, ini bukan sekadar makan malam, melainkan ritual yang merayakan hubungan manusia, alam, dan rasa.
 

Infinity Pool dan Jelajah Ekas: Diam atau bergerak, semuanya indah


Selain hidangan, daya tarik lain Innit Lombok adalah infinity pool sepanjang 35 meter yang menghadap langsung ke Teluk Ekas. Perairan tenang, lalu lalang perahu nelayan, hingga keemasan senja yang memantul di permukaan laut, semua menghadirkan lanskap yang sulit dilupakan. 


Banyak tamu menghabiskan waktu di sini, sekadar berendam atau mengabadikan momen. (Dok. Martin Westlake)

Aktivitas alam lainnya juga tak kalah memikat, perjalanan matahari terbenam dengan perahu tradisional memperkenalkan sisi lain kehidupan pesisir. Nelayan yang pulang membawa hasil laut, tebing-tebing monumental, hingga desa yang tumbuh bersama ritme laut.

Untuk yang berjiwa petualang, snorkeling di sekitar teluk membuka dunia bawah laut yang hangat dan jernih. Pink Beach, pantai berpasir merah muda yang langka, jadi favorit, menawarkan pemandangan unik hasil kombinasi pasir putih dan serpihan karang merah. Hanya sedikit pantai serupa di dunia.
 

Personalized Hospitality, sambutan dari jiwa Lombok


Di Innit, keramahan bukan protokol, melainkan budaya. Setiap tamu diperlakukan sebagai individu dengan preferensi unik. Dari sambutan hangat yang sederhana hingga pilihan menu yang disesuaikan kebutuhan, semuanya dirangkai personal.


Menikmati ikan langsung dari hasil tangkapan nelayan, merupakan momen dinner yang tak terlupakan. (Dok. Rubens Beeris) 

Kamu dapat menikmati makan malam privat di pantai, ditemani lilin dan suara ombak, atau menjelajah desa-desa sekitar bersama pemandu lokal yang tak hanya menunjukkan tempat indah, tetapi juga berbagi kisah kehidupan pesisir.

Menariknya, sebagian besar staf front office berasal dari desa sekitar. Pengetahuan mereka tentang wilayah dan kedekatan dengan kultur lokal menjadikan layanan terasa tulus, seolah menyambut teman yang pulang kembali.
 

Para pencari makna


Innit Lombok menarik para pelancong yang mencari lebih dari sekadar tempat menginap. Banyak tamu datang dari latar kreatif; arsitek, desainer, penulis, serta pencinta keheningan yang ingin dekat dengan alam dan manusia.

"Mereka datang, menikmati keseharian yang pelan, menyapa nelayan yang sama di pagi hari, lalu kembali tahun berikutnya, bahkan menempati vila yang sama. Pengalaman yang intim ini menciptakan hubungan emosional antara tamu dan tempat, menjadikan setiap kunjungan terasa seperti pulang," lanjut Matthew.
 

Menjaga yang tak tergantikan


Di tengah geliat pariwisata Lombok, Innit Lombok memilih jalur yang berbeda. Alih-alih berkompetisi, resor ini merangkai keunikan. Autentik, tersembunyi, tenang, sedikit tak terduga, dan sangat terhubung dengan kehidupan lokal.

Strategi mereka sederhana, menjaga Lombok Timur tetap tenang. Ketenangan ini adalah kemewahan. Tamu datang untuk menikmati hening, makan malam di tepi pantai, dan menyatu dengan ritme alam. 

"Mereka yang memahami bahasa sunyi akan kembali. Tanpa perlu bujuk rayu," imbuh Matthew.
 

Tempat di mana waktu berhenti


Menginap di Innit Lombok bukan hanya soal menikmati resor mewah. Ini adalah pengalaman eksistensial. 

Di sini, waktu melambat, napas menjadi lebih panjang, dan setiap detik terasa berarti. Innit bukan hanya tempat untuk berlibur, tapi tempat untuk kembali pada diri sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH