FAMILY
Ini 8 Cara Menghilangkan Trauma pada Anak dari Toxic Parenting
Medcom
Selasa 10 Januari 2023 / 07:18
Jakarta: Anak adalah anugerah Tuhan bagi setiap orang tua. Tentu semua orang tua ingin anaknya tetap berada di tempat dan kondisi yang aman. Tak jarang, banyak orang tua yang merawat anaknya dengan maksimal untuk menjamin keselamatan anaknya.
Semua hal tersebut dilakukan karena orang tua secara alami memiliki naluri untuk mengasuh anaknya dan sebagai bentuk kasih sayang kepada anaknya. Namun sering dijumpai bahwa masih banyak orang tua yang mengungkapkan rasa cintanya kepada anaknya dengan cara yang salah, hal ini membuat sang anak merasakan secara fisik, emosional, dan psikis.
Pola asuh orang tua yang menggunakan cara yang baik, maka anak akan tumbuh dengan cara yang baik pula. Jika orang tua mendidik anak dengan cara yang tidak baik, maka dampaknya pada anak juga akan tumbuh kurang baik, baik dari segi bentuk tubuh, perilaku, dan seterusnya. Cara-cara yang tidak tepat ini bisa disebut sebagai toxic parenting.
Toxic parenting seringkali melakukan kebohongan pada anak, memanipulasi, mengabaikan, menghakimi, melecehkan, mempermalukan, meremehkan, dan mengkritik. Semua tindakan dan perilaku mereka berada di bawah naungan pengabaian atau pelecehan emosional, verbal, atau fisik. Tidak ada yang pernah cukup baik untuk mereka.
Tidak masalah jika seorang anak mendapat nilai A atau menjadi ketua kelas. Mereka akan selalu menemukan cara untuk menjatuhkan, membandingkan, dan kemudian mengkritik.
Tumbuh dalam keluarga yang disfungsional dapat menyebabkan kedewasaan yang sama disfungsionalnya. Kerap kali seorang anak yang tumbuh dengan toxic parenting sering mengalami masalah mental, seperti anxiety, insecure, tak bisa mengambil keputusan, tidak percaya orang lain, tidak mengutamakan diri sendiri, dan masih banyak yang lainnya.
Sebagai seorang anak, bagaimana cara sembuh dari trauma toxic parenting?
1. Jangan pernah denyl perasaan, kepercayaan, dan perilaku kamu yang sebenarnya terhadap orang tua.
2. Bangkit dari luka dan duka.
3. Ingat, bahwa perilaku beracun orang tua bukanlah tanggung jawabmu.
4. Lampiaskan amarahmu jika itu diperlukan, menangislah jika ingin menangis.
5. Cerita dengan orang yang aman dan gunakan kemarahan sebagai sumber definisi diri untuk menentukan batasan diri.
6. Dapatkan kemandirian emosional.
7. Jadilah diri sendiri.
8. Berkomunikasi secara proaktif dan konfrontasi orang tua jika perlu, dan lakukan untuk diri sendiri, bukan mereka.
Nandhita Nur Fadjriah
(FIR)
Semua hal tersebut dilakukan karena orang tua secara alami memiliki naluri untuk mengasuh anaknya dan sebagai bentuk kasih sayang kepada anaknya. Namun sering dijumpai bahwa masih banyak orang tua yang mengungkapkan rasa cintanya kepada anaknya dengan cara yang salah, hal ini membuat sang anak merasakan secara fisik, emosional, dan psikis.
Pola asuh orang tua yang menggunakan cara yang baik, maka anak akan tumbuh dengan cara yang baik pula. Jika orang tua mendidik anak dengan cara yang tidak baik, maka dampaknya pada anak juga akan tumbuh kurang baik, baik dari segi bentuk tubuh, perilaku, dan seterusnya. Cara-cara yang tidak tepat ini bisa disebut sebagai toxic parenting.
Tanda-tanda toxic parenting
Toxic parenting seringkali melakukan kebohongan pada anak, memanipulasi, mengabaikan, menghakimi, melecehkan, mempermalukan, meremehkan, dan mengkritik. Semua tindakan dan perilaku mereka berada di bawah naungan pengabaian atau pelecehan emosional, verbal, atau fisik. Tidak ada yang pernah cukup baik untuk mereka.
Tidak masalah jika seorang anak mendapat nilai A atau menjadi ketua kelas. Mereka akan selalu menemukan cara untuk menjatuhkan, membandingkan, dan kemudian mengkritik.
Dampak toxic parenting
Tumbuh dalam keluarga yang disfungsional dapat menyebabkan kedewasaan yang sama disfungsionalnya. Kerap kali seorang anak yang tumbuh dengan toxic parenting sering mengalami masalah mental, seperti anxiety, insecure, tak bisa mengambil keputusan, tidak percaya orang lain, tidak mengutamakan diri sendiri, dan masih banyak yang lainnya.
Sebagai seorang anak, bagaimana cara sembuh dari trauma toxic parenting?
1. Jangan pernah denyl perasaan, kepercayaan, dan perilaku kamu yang sebenarnya terhadap orang tua.
2. Bangkit dari luka dan duka.
3. Ingat, bahwa perilaku beracun orang tua bukanlah tanggung jawabmu.
4. Lampiaskan amarahmu jika itu diperlukan, menangislah jika ingin menangis.
5. Cerita dengan orang yang aman dan gunakan kemarahan sebagai sumber definisi diri untuk menentukan batasan diri.
6. Dapatkan kemandirian emosional.
7. Jadilah diri sendiri.
8. Berkomunikasi secara proaktif dan konfrontasi orang tua jika perlu, dan lakukan untuk diri sendiri, bukan mereka.
Nandhita Nur Fadjriah
(FIR)