KULINER

5 Fakta Pala Papua dalam Kehidupan Masyarakat Fakfak

Raka Lestari
Selasa 05 April 2022 / 19:28
Jakarta: Jauh sebelum masa Indonesia modern, rempah Nusantara sudah dikenal di dunia. Hal inilah yang kemudian menjadi incaran bangsa-bangsa lain, termasuk Inggris, Spanyol, dan Belanda pada masa kolonial. Salah satu rempah yang tersohor adalah biji pala.

Varian pala yang populer berasal dari Pulau Banda, Maluku. Padahal, ada varietas lain yang juga berkualitas tinggi, yaitu pala yang berasal dari Fakfak, Papua. Dan inilah 5 Fakta soal pala Papua yang menarik untuk diketahui:
 

1. Ibu yang memberi kehidupan


Secara budaya, pohon pala di Fakfak dianggap seperti ibu sendiri oleh masyarakat setempat, karena pohon tersebut dinilai memberi kehidupan.

“Mereka percaya, kalau tidak dijaga dengan baik, pohon pala tidak akan berbuah. Salah satu cara menjaganya adalah memberlakukan sanksi adat, jika ada yang menebang pohon pala. Anggapan sebagai ibu itu pulalah yang membuat pala kemudian diadopsi sebagai lambang Kabupaten Fakfak,” kata Nanny Uswanas, Co-founder Papua Muda Inspiratif.
 

2. Alat barter pada zaman dahulu


“Ketika bangsa lain datang ke Papua untuk melakukan misi penginjilan, mereka memberi tahu masyarakat Fakfak tentang nilai ekonomi biji pala. Seandainya mereka tidak memberi tahu, pala akan dibiarkan tumbuh begitu saja, tanpa dipetik buahnya, Kemudian, dimulailah proses ekspor pertama dalam bentuk barter. Dari cerita lisan orang tua kami, ekspor pala telah dilakukan sejak zaman Belanda,” kata Nanny.


 

3. Digunakan sebagai ‘bank hidup’


“Pala yang mereka panen dan jual digunakan sebagai dana cadangan, bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Anggaplah sebagai ‘bank hidup’. Ketika akan mengadakan hajatan atau menyekolahkan anak, mereka akan menggadaikan pala kepada pengepul,” kata Nanny.
 

4. Bagian dari budaya


Menurut Ofra Shinta Fitri, Sustainable Sourcing Manager Yayasan Inobu ada beberapa ritual yang dilakukan saat akan panen pala. Antara lain, menjelang panen, warga membersihkan area di sekitar pohon dari gulma, sehingga piringan atau lingkaran di sekitar pohon bersih.

“Pisau yang dipakai untuk memanen pala juga diupacarakan. Ada prosesi khusus untuk menancapkan pisau pada galah,” ujar Nanny.  
 

5. Upaya pelestarian pala Papua


“Budidaya pala baru dilakukan sekitar 10-15 tahun lalu. Warga mulai memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk menanam pala. Atau, mereka menanam kembali di lahan yang pohon-pohonnya tidak lagi produktif atau tumbang secara alami,” kata Nanny.

Menurut Nanny, dulu daging buah pala hanya kerap dijadikan manisan basah dan kering. Sekarang produk turunannya sudah cukup beragam, seperti selai, sirop, permen, aromaterapi, hingga balsem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH