FITNESS & HEALTH

Makan Satai dan Daging Bakar Tingkatkan Risiko Kanker, Benarkah?

Yatin Suleha
Senin 26 Juni 2023 / 22:20
Jakarta: Perayaan Iduladha merupakan momen saling berbagi daging kurban. Tak lengkap tanpa adanya satai atau steak yang diolah sendiri ya. Memang sangat menggugah selera dan menjadi favorit banyak orang karena memiliki cita rasa yang enak. 

Namun, satai atau steak dianggap menjadi makanan yang dapat meningkatkan risiko kanker karena mengandung zat karsinogen. Benarkah hal tersebut? Dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM, FINASIM, Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik Eka Hospital Cibubur memaparkannya.
 

Apa itu zat karsinogen?


Karsinogen merupakan zat kimia yang terbentuk melalui proses pembakaran. Zat karsinogen terbentuk saat daging dipanggang dan dipengaruhi oleh temperatur tinggi dalam waktu panggang yang lama. Hal ini membuat daging satai atau steak tampak menghitam atau gosong. Karsinogen dapat menyebabkan kerusakan sel yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penyakit kanker.

Pada makanan satai atau steak, asam amino, gula, dan creatine dalam daging merah akan bereaksi pada suhu tinggi, yang membentuk heterocyclic amines (HCAs) atau zat yang membentuk karsinogen. Daging merah jika dimasak dengan suhu terlalu panas akan berubah jadi karsinogen, seperti satai atau steak yang dibakar dengan arang membuat kandungan zat karsinogen menjadi lebih meningkat.

Jika ingin mengonsumsi daging merah, disarankan memilih daging merah yang masih segar, yang kemudian masak daging itu dengan cara yang sehat. Hal ini akan lebih baik daripada mengkonsumsi daging olahan pabrik. 


(Usahakan saat memanggang satai atau steak usahakan jangan terlalu lama atau bahkan sampai menghitam (gosong) untuk meminimalisir zat karsinogen. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)

Selain itu mengolah daging merah dengan cara direbus atau dikukusnya akan lebih baik daripada digoreng atau dibakar, hal ini akan membuat berkurangnya zat karsinogen pada daging tersebut.

Bila zat karsinogen sudah masuk ke dalam tubuh kita, risiko kanker usus besar dapat terjadi. Gejala dari kanker usus besar adalah buang air besar (BAB) tidak tuntas, pendarahan, sering kram, lemas, dan penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas. 

Berdasarkan kelompok usia, Kanker usus besar terbagi dari dua yakni kelompok risiko rendah atau orang yang memiliki berat badan berlebih, sering memiliki masalah pencernaan dan memiliki gaya hidup sehat. Sebaliknya dilakukan deteksi dini setiap 5 tahun ketika berusia 45 tahun.

Sedangkan kelompok dengan risiko tinggi merupakan orang yang memiliki sejarah kanker usus besar di keluarganya dan sebaiknya melakukan pemeriksaan ketika berusia di atas 30 tahun.
 

Bagaimana supaya meminimalisir zat karsinogen?

 

1. Rendam bumbu atau daging sebelum dimasak 


Hal ini guna kurangi kemungkinan makanan yang dibakar gosong.
 

2. Buang lemak pada daging


Jika ingin konsumsi satai ayam atau satai kambing, disarankan untuk jangan menggunakan lemak. Karena jika lemak yang terbakar, akan meneteskan minyak yang akan menimbulkan asap dan mengasapi daging.

3. Hindari untuk meratakan tingkat kematangan pada daging 


Jangan membalikkan daging menggunakan garpu, tapi gunakanlah penjepit, sebab jika terkena arang, ini akan dapat menimbulkan zat kimia yang mengasapi daging.
 

4. Jangan letakkan daging yang terlalu dekat dengan dengan arang atau api


Jadi semakin sering terkena jilatan api. Jika memungkinkan bisa diletakkan sejauh mungkin dari api secara langsung. Walaupun konsumsi satai atau steak dapat meningkatkan kanker, terdapat langkah untuk meminimalisirnya, seperti saat memanggang satai atau steak usahakan jangan terlalu lama atau bahkan sampai menghitam (gosong). 

Karena hal inilah yang menjadi pemicu utama meningkatkan terjadinya kanker. Selain itu, guna menekan risiko kanker hingga 25 persen dapat menambahkan konsumsi sayur dan buah saat silaturahmi Iduladha bersama kerabat dan sahabat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH