FITNESS & HEALTH
Alasan Anak di Bawah 12 Tahun Belum Bisa Mendapatkan Vaksin Covid-19
Raka Lestari
Jumat 13 Agustus 2021 / 10:15
Jakarta: Dalam mencegah penularan covid-19, saat ini pemberian vaksinasi pada anak-anak sudah mulai dilakukan. Walaupun, hanya untuk anak-anak yang berusia 12-17 tahun.
Kendati demikian, bukan berarti anak-anak yang berusia kurang dari 12 tahun tidak akan mendapatkan vaksinasi covid-19 di kemudian hari. Perlu beberapa pertimbangan untuk memberi lampu hijau kepada anak-anak di bawah 12 tahun mendapatkan vaksin covid-19.
“Saat ini ITAGI bersama-sama dengan BPOM, melihat kelihatannya memang untuk memberikan vaksinasi pada anak ini harus lebih berhati-hati, karena anak itu mempunyai satu sistem imun yang sangat berbeda dengan orang dewasa,” ujar Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K) - Ketua Indonesian Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI) dalam acara Diskusi Vaksin Covid-19 bagi Anak.
Untuk itu, menurut Prof. Sri Rezeki maka untuk vaksin anak dibagi menjadi beberapa kelompok. Mulai dari anak-anak yang remaja yaitu sekitar SMP-SMA, anak-anak sekolah dasar, dan kemudian baru balita.
“Jadi pada vaksin covid-19 ini kita mulai dari yang tua dulu. Mulai dari yang remaja karena remaja ini mempunyai sistem imun yang mirip dengan orang dewasa,” jelas Prof. Sri Rezeki.
Selain itu, remaja juga sudah lebih matang. Sehingga Prof. Sri Rezeki yakin dengan vaksin yang sama dan dosis yang sama bisa diberikan.
"Semua itu ada penelitiannya, efek sampingnya juga hampir sama dengan yang dewasa. Sehingga kita sekarang menentukan yang remaja dulu. Apalagi angka kesakitan dan angka kematiannya juga lebih tinggi daripada yang lebih kecil. Sehinggga kita berikan dulu untuk yang berusia 12-17 tahun,” tutur Prof. Sri Rezeki.
Meskipun demikian, Prof. Sri Rezeki menegaskan bahwa bukan berarti anak-anak yang berusai di bawah 12 tahun itu tidak penting. Mereka tetap penting, cuma masih menunggu penelitiannya karena harus turunkan dosisnya.
“Apakah dosisnya sama? Belum tentu, mungkin separuhnya atau seperempatnya. Dalam penelitian uji klinis pada anak, itu berbagai dosis. Dari dosis yang kecil, medium, baru yang tinggi. Jadi kita lihat dulu bagaimana keamanannya. Terutama kalau vaksin itu keamanan. Jadi diberikan untuk yang besar-besar dulu, supaya mereka tidak menularkan,” tutup Prof. Sri Rezeki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Kendati demikian, bukan berarti anak-anak yang berusia kurang dari 12 tahun tidak akan mendapatkan vaksinasi covid-19 di kemudian hari. Perlu beberapa pertimbangan untuk memberi lampu hijau kepada anak-anak di bawah 12 tahun mendapatkan vaksin covid-19.
“Saat ini ITAGI bersama-sama dengan BPOM, melihat kelihatannya memang untuk memberikan vaksinasi pada anak ini harus lebih berhati-hati, karena anak itu mempunyai satu sistem imun yang sangat berbeda dengan orang dewasa,” ujar Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K) - Ketua Indonesian Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI) dalam acara Diskusi Vaksin Covid-19 bagi Anak.
Untuk itu, menurut Prof. Sri Rezeki maka untuk vaksin anak dibagi menjadi beberapa kelompok. Mulai dari anak-anak yang remaja yaitu sekitar SMP-SMA, anak-anak sekolah dasar, dan kemudian baru balita.
“Jadi pada vaksin covid-19 ini kita mulai dari yang tua dulu. Mulai dari yang remaja karena remaja ini mempunyai sistem imun yang mirip dengan orang dewasa,” jelas Prof. Sri Rezeki.
Selain itu, remaja juga sudah lebih matang. Sehingga Prof. Sri Rezeki yakin dengan vaksin yang sama dan dosis yang sama bisa diberikan.
"Semua itu ada penelitiannya, efek sampingnya juga hampir sama dengan yang dewasa. Sehingga kita sekarang menentukan yang remaja dulu. Apalagi angka kesakitan dan angka kematiannya juga lebih tinggi daripada yang lebih kecil. Sehinggga kita berikan dulu untuk yang berusia 12-17 tahun,” tutur Prof. Sri Rezeki.
Meskipun demikian, Prof. Sri Rezeki menegaskan bahwa bukan berarti anak-anak yang berusai di bawah 12 tahun itu tidak penting. Mereka tetap penting, cuma masih menunggu penelitiannya karena harus turunkan dosisnya.
“Apakah dosisnya sama? Belum tentu, mungkin separuhnya atau seperempatnya. Dalam penelitian uji klinis pada anak, itu berbagai dosis. Dari dosis yang kecil, medium, baru yang tinggi. Jadi kita lihat dulu bagaimana keamanannya. Terutama kalau vaksin itu keamanan. Jadi diberikan untuk yang besar-besar dulu, supaya mereka tidak menularkan,” tutup Prof. Sri Rezeki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)