FITNESS & HEALTH
Cegah Stunting di Jabar dan NTT, Ini Kesadaran dan Praktik Gizi Seimbang yang telah Dilakukan
Yuni Yuli Yanti
Rabu 26 Juni 2024 / 09:00
Jakarta: Save the Children Indonesia bersama dengan Nutrition International telah mendukung upaya pemerintah selama lima tahun terakhir untuk menurunkan angka stunting, khususnya di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Sumedang dan Bandung Barat dan Nusa Tenggara Timur melalui program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA).
Inisiatif ini didukung penuh oleh Power of Nutrition (PON), DFAT (Pemerintah Australia), dan Global Affairs Canada (Pemerintah Kanada) mencakup berbagai intervensi untuk meningkatkan kesadaran dan praktik gizi seimbang di kalangan masyarakat.
Aduma Situmorang, Plt. Direktur Kesehatan dan Gizi - Save the Children Indonesia mengatakan stunting bukan hanya tentang tinggi dan berat badan anak. Tetapi juga tentang perkembangan kognitif seorang anak agar dapat mengenyam pendidikan dengan baik, dan terhindar dari risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas. Karena itu, gizi memainkan peran yang sangat penting sebelum dan setelah anak dilahirkan.
"Upaya kami selama lima tahun terakhir telah menunjukkan hal yang positif. Langkah ini juga menjadi komitmen kami untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam upaya penurunan stunting di Indonesia. Kami percaya bahwa dengan dukungan berbagai pihak, kita dapat mencapai masa depan yang lebih sehat dan lebih baik bagi anak-anak Indonesia," ujarnya dalam konferensi pers Diseminasi Pembelajaran Program BISA, pada Selasa (25/6/2024).
Aduma menjelaskan BISA melakukan serangkaian kegiatan komunikasi perubahan perilaku dan sosial yang ditargetkan untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku terkait ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, anemia dan makanan kaya zat besi bagi ibu hamil.
Pendekatan melalui EmoDemo (Emotional-Demonstration) di Posyandu, serta mendorong perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di rumah tangga dan sekolah sebagai bagian dari pendekatan rumah bersih, serta mendorong peningkatan gizi remaja di sekolah termasuk konsumsi Tablet Tambah Darah Remaja Putri (TTD Rematri) melalui modul School of 5 (So5) dan Gizi Remaja.
"Hasilnya, terjadi peningkatan pengetahuan akan pentingnya ASI eksklusif pada kelompok ibu dengan anak usia kurang dari dua tahun dari 61,7 persen menjadi 81,2 persen. Peningkatan kemampuan Remaja putri untuk mendefinisikan setidaknya dua manfaat tablet tambah darah dari 43,5 persen menjadi 62.4 persen," jelasnya.
Selain itu, BISA juga berkontribusi terhadap peningkatan status kesehatan dan gizi ibu hamil melalui pelatihan dan dampingan teknis bagi petugas kesehatan di 119 puskesmas yang memiliki lebih dari enam ribu jaringan pelayanan di empat kabupaten dampingan.

(Ki-ka: Dewi Sri Sumanah -Media & Brand Manager Yayasan Save the Children, Aduma Situmorang, Plt. Direktur Kesehatan dan Gizi - Save the Children Indonesia dan Herrio Hattu, Direktur Nutrition International, Indonesia. Foto: Dok. Yuni Yuli)
Hasil survei akhir BISA menunjukkan bahwa para ibu lebih mudah memahami pesan kunci terkait gizi yang disampaikan oleh petugas yang telah mengikuti pelatihan BISA. Selain itu, pelatihan dan dampingan teknis juga diberikan untuk tenaga kesehatan di dinas kesehatan kabupaten, staf puskesmas, dan guru UKS terkait suplementasi TTD untuk remaja putri.
"Dampaknya, survei akhir BISA menunjukkan peningkatan konsumsi 24 tablet tambah darah dalam 12 bulan dari tahun 2020 hingga 2023 sebesar 12,5 persen di Bandung Barat, 18,6 persen di Sumedang, 58,6 persen di Kupang dan 35,8 persen di TTU," ungkap Aduma.
BISA juga memberikan pelatihan terkait manajemen rantai pasok yang berdampak pada peningkatan kapasitas staf farmasi di puskesmas untuk memperkirakan stok dan menghindari situasi kehabisan stok komoditas gizi (TTD, kapsul vitamin A, zink dan oralit). Selain itu, BISA mendukung implementasi kebijakan nasional sampai ke tingkat Kabupaten bahkan ke tingkat desa dengan mengembangkan kapasitas pemimpin lokal untuk merencanakan, menganggarkan, dan memperkuat koordinasi dengan pemangku kepentingan.
Herrio Hattu, Direktur Nutrition International, Indonesia menambahkan Nutrition International percaya pada pendekatan yang efisien dan efektif untuk memperoleh dampak yang maksimal dengan biaya dan kompleksitas yang minimal, dan memastikan bahwa setiap hasil kerja tidak merugikan para penerima manfaat.
"BISA menjadi salah satu model yang berhasil yang menitikberatkan pada pendekatan lintas sektor untuk mempercepat pengentasan stunting. Kami berharap seluruh praktik baik yang telah dihasilkan dari kerja sama BISA dengan seluruh pemangku kepentingan dalam lima tahun terakhir dapat terus dilanjutkan atau bahkan direplikasi oleh pemerintah daerah lain untuk mencegah terjadinya stunting baru di Indonesia," ujarnya.
Aduma berharap melalui program BISA, Save the Children dan Nutrition International tidak hanya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan praktik kesehatan yang baik, tetapi juga memperkuat infrastruktur kesehatan dan dukungan pemerintah setempat.
"Dengan berbagai intervensi yang holistik dan berkelanjutan, harapannya dapat menciptakan perubahan yang lebih luas dalam masyarakat dan mencipatakan masa depan yang lebih sehat dan lebih baik bagi anak-anak Indonesia," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
Inisiatif ini didukung penuh oleh Power of Nutrition (PON), DFAT (Pemerintah Australia), dan Global Affairs Canada (Pemerintah Kanada) mencakup berbagai intervensi untuk meningkatkan kesadaran dan praktik gizi seimbang di kalangan masyarakat.
Aduma Situmorang, Plt. Direktur Kesehatan dan Gizi - Save the Children Indonesia mengatakan stunting bukan hanya tentang tinggi dan berat badan anak. Tetapi juga tentang perkembangan kognitif seorang anak agar dapat mengenyam pendidikan dengan baik, dan terhindar dari risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas. Karena itu, gizi memainkan peran yang sangat penting sebelum dan setelah anak dilahirkan.
"Upaya kami selama lima tahun terakhir telah menunjukkan hal yang positif. Langkah ini juga menjadi komitmen kami untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam upaya penurunan stunting di Indonesia. Kami percaya bahwa dengan dukungan berbagai pihak, kita dapat mencapai masa depan yang lebih sehat dan lebih baik bagi anak-anak Indonesia," ujarnya dalam konferensi pers Diseminasi Pembelajaran Program BISA, pada Selasa (25/6/2024).
Aduma menjelaskan BISA melakukan serangkaian kegiatan komunikasi perubahan perilaku dan sosial yang ditargetkan untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku terkait ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, anemia dan makanan kaya zat besi bagi ibu hamil.
Pendekatan melalui EmoDemo (Emotional-Demonstration) di Posyandu, serta mendorong perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di rumah tangga dan sekolah sebagai bagian dari pendekatan rumah bersih, serta mendorong peningkatan gizi remaja di sekolah termasuk konsumsi Tablet Tambah Darah Remaja Putri (TTD Rematri) melalui modul School of 5 (So5) dan Gizi Remaja.
"Hasilnya, terjadi peningkatan pengetahuan akan pentingnya ASI eksklusif pada kelompok ibu dengan anak usia kurang dari dua tahun dari 61,7 persen menjadi 81,2 persen. Peningkatan kemampuan Remaja putri untuk mendefinisikan setidaknya dua manfaat tablet tambah darah dari 43,5 persen menjadi 62.4 persen," jelasnya.
Selain itu, BISA juga berkontribusi terhadap peningkatan status kesehatan dan gizi ibu hamil melalui pelatihan dan dampingan teknis bagi petugas kesehatan di 119 puskesmas yang memiliki lebih dari enam ribu jaringan pelayanan di empat kabupaten dampingan.

(Ki-ka: Dewi Sri Sumanah -Media & Brand Manager Yayasan Save the Children, Aduma Situmorang, Plt. Direktur Kesehatan dan Gizi - Save the Children Indonesia dan Herrio Hattu, Direktur Nutrition International, Indonesia. Foto: Dok. Yuni Yuli)
Hasil survei akhir BISA menunjukkan bahwa para ibu lebih mudah memahami pesan kunci terkait gizi yang disampaikan oleh petugas yang telah mengikuti pelatihan BISA. Selain itu, pelatihan dan dampingan teknis juga diberikan untuk tenaga kesehatan di dinas kesehatan kabupaten, staf puskesmas, dan guru UKS terkait suplementasi TTD untuk remaja putri.
"Dampaknya, survei akhir BISA menunjukkan peningkatan konsumsi 24 tablet tambah darah dalam 12 bulan dari tahun 2020 hingga 2023 sebesar 12,5 persen di Bandung Barat, 18,6 persen di Sumedang, 58,6 persen di Kupang dan 35,8 persen di TTU," ungkap Aduma.
BISA juga memberikan pelatihan terkait manajemen rantai pasok yang berdampak pada peningkatan kapasitas staf farmasi di puskesmas untuk memperkirakan stok dan menghindari situasi kehabisan stok komoditas gizi (TTD, kapsul vitamin A, zink dan oralit). Selain itu, BISA mendukung implementasi kebijakan nasional sampai ke tingkat Kabupaten bahkan ke tingkat desa dengan mengembangkan kapasitas pemimpin lokal untuk merencanakan, menganggarkan, dan memperkuat koordinasi dengan pemangku kepentingan.
Herrio Hattu, Direktur Nutrition International, Indonesia menambahkan Nutrition International percaya pada pendekatan yang efisien dan efektif untuk memperoleh dampak yang maksimal dengan biaya dan kompleksitas yang minimal, dan memastikan bahwa setiap hasil kerja tidak merugikan para penerima manfaat.
"BISA menjadi salah satu model yang berhasil yang menitikberatkan pada pendekatan lintas sektor untuk mempercepat pengentasan stunting. Kami berharap seluruh praktik baik yang telah dihasilkan dari kerja sama BISA dengan seluruh pemangku kepentingan dalam lima tahun terakhir dapat terus dilanjutkan atau bahkan direplikasi oleh pemerintah daerah lain untuk mencegah terjadinya stunting baru di Indonesia," ujarnya.
Aduma berharap melalui program BISA, Save the Children dan Nutrition International tidak hanya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan praktik kesehatan yang baik, tetapi juga memperkuat infrastruktur kesehatan dan dukungan pemerintah setempat.
"Dengan berbagai intervensi yang holistik dan berkelanjutan, harapannya dapat menciptakan perubahan yang lebih luas dalam masyarakat dan mencipatakan masa depan yang lebih sehat dan lebih baik bagi anak-anak Indonesia," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)