FAMILY
Alasan Seseorang tak Memutuskan Hubungan meski Pasangan Bersikap Kasar
Raka Lestari
Kamis 30 Desember 2021 / 08:40
Jakarta: Mungkin mudah untuk menyarankan seseorang yang memiliki pasangan kasar untuk pergi meninggalkan pasangannya tersebut. Dan memang, pastinya tidak ada orang yang mau tetap bersama dengan pasangan yang menyakiti mereka.
Namun ternyata, alasannya tidaklah semudah itu, ujar David B.Wexler, PhD, penulis When Good Men Behave Badly dan direktur eksekutif Relationship Training Institute di San Diego. Menurut Wexler pertimbangan-pertimbangan untuk tidak memutuskan pasangan yang bersikap kasar di antaranya adalah:
Seperti yang dijelaskan Wexler, memutuskan hubungan dengan pasangan yang melakukan kekerasan justru malah membuat korban yang mengalami kekerasan merasa tidak aman. Apakah dia akan melacak keberadaanku? Menyerangku? Merusak reputasiku?
Pikiran-pikiran tersebut adalah pemikiran yang sering muncul ketika mereka akan memutuskan suatu hubungan. Sehingga mereka sulit untuk meninggalkan hubungan yang tidak sehat tersebut.
Wexler mengatakan bahwa dia belum pernah bertemu dengan seorang korban yang tidak merasa malu dengan posisi dia. Rasa malu itu membuat korban kekerasan takut akan penilaian dan tuduhan dari pihak luar.
Membiarkan orang lain mengetahui tentang kekerasan yang dialaminya membuat kemungkinan orang-orang untuk menghakimi dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: Mengapa kamu memilihnya? Kenapa kamu tinggal bersamanya? Apa yang kamu lakukan untuk sehingga mereka melakukan kekerasan terhadapmu? Tentunya ini sangat menakutkan.
"Tidak ada yang menginginkan itu." ujar Wexler.
Seperti yang sudah banyak diketahui orang, cinta memang tidak masuk akal dan hanya karena seseorang menyakitinya bukan berarti membuat seseorang tersebut jadi membencinya. Banyak orang yang mengalami kekerasan menginginkan kekerasan itu dihentikan, tapi masih mencintai pasangannya tersebut.
"Mereka masih merasakan keterikatan emosional dan menghargai banyak aspek dari hubungan yang sudah dijalani tersebut dan mereka hanya ingin kebiasaan kekerasan itu pergi," ujar Wexler.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Namun ternyata, alasannya tidaklah semudah itu, ujar David B.Wexler, PhD, penulis When Good Men Behave Badly dan direktur eksekutif Relationship Training Institute di San Diego. Menurut Wexler pertimbangan-pertimbangan untuk tidak memutuskan pasangan yang bersikap kasar di antaranya adalah:
1. Mereka takut pelaku akan terus mengejarnya
Seperti yang dijelaskan Wexler, memutuskan hubungan dengan pasangan yang melakukan kekerasan justru malah membuat korban yang mengalami kekerasan merasa tidak aman. Apakah dia akan melacak keberadaanku? Menyerangku? Merusak reputasiku?
Pikiran-pikiran tersebut adalah pemikiran yang sering muncul ketika mereka akan memutuskan suatu hubungan. Sehingga mereka sulit untuk meninggalkan hubungan yang tidak sehat tersebut.
2. Mereka merasa malu
Wexler mengatakan bahwa dia belum pernah bertemu dengan seorang korban yang tidak merasa malu dengan posisi dia. Rasa malu itu membuat korban kekerasan takut akan penilaian dan tuduhan dari pihak luar.
Membiarkan orang lain mengetahui tentang kekerasan yang dialaminya membuat kemungkinan orang-orang untuk menghakimi dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: Mengapa kamu memilihnya? Kenapa kamu tinggal bersamanya? Apa yang kamu lakukan untuk sehingga mereka melakukan kekerasan terhadapmu? Tentunya ini sangat menakutkan.
"Tidak ada yang menginginkan itu." ujar Wexler.
3. Mereka masih mencintai pasangannya
Seperti yang sudah banyak diketahui orang, cinta memang tidak masuk akal dan hanya karena seseorang menyakitinya bukan berarti membuat seseorang tersebut jadi membencinya. Banyak orang yang mengalami kekerasan menginginkan kekerasan itu dihentikan, tapi masih mencintai pasangannya tersebut.
"Mereka masih merasakan keterikatan emosional dan menghargai banyak aspek dari hubungan yang sudah dijalani tersebut dan mereka hanya ingin kebiasaan kekerasan itu pergi," ujar Wexler.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)