FAMILY
Simak Para Istri! Inilah Pengakuan Pria yang Merasa Terjebak Dalam Pernikahannya
Mia Vale
Selasa 31 Oktober 2023 / 10:05
Jakarta: Ketika seseorang, utamanya kaum adam mutuskan untuk menikah, artinya ada impian yang hendak dia tuju. Ya, pernikahan bisa diartikan sebagai awal dari sebuah ketenangan hidup yang akan dijalani bersama pasangan pilihannya.
Namun, sebuah institusi sakral yang dibangun atas dasar cinta, kepercayaan, dan komitmen ini, terkadang bisa menjadi labirin yang mengekang bagi sebagian pria.
Terlepas dari gagasan ideal tentang kebahagiaan abadi, banyak suami mendapati diri mereka bergumul dengan perasaan terjebak yang sangat besar dalam pernikahan mereka.
Beban ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari ekspektasi yang tidak terpenuhi hingga perubahan prioritas dan aspirasi pribadi.
Nah, Times of India telah merangkum beberapa pengakuan tanpa filter dari para pria yang pernah berbagi pengalamannya sebagai pria beristri, di mana merasa terjebak di dalam pernikahan mereka.
Seorang pria mengisahkan mengenai kehidupan perkawinannya. Saat ini dirinya berusia 40 tahun dan dia merasa impian dan cita-citanya telah terhambat selama bertahun-tahun. Padahal saat dirinya menikah, dia sangat bersemangat dengan kariernya dan mempunyai rencana besar untuk masa depan dia dan keluarga kecilnya kelak.
.jpg)
(Baik suami maupun istri harus memberikan batasan dalam hal pekerjaan, dan tentukan waktu tertentu dimana hanya pasangan yang mendapatkan perhatian penuh. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Namun seiring berjalannya waktu, ternyata dia harus terus-menerus mengorbankan ambisinya demi memenuhi tuntutan istri dan keluarga si pria. Sampai akhirnya dia merasa terjebak dalam kehidupan yang tidak seperti dia bayangkan.
Pria kedua menceritakan kalau dirinya sangat mencinta sang istri dan peduli dengan anak-anaknya. Namun, dia tidak pernah membayangkan kalau ternyata beban hidup sehari-hari dalam pernikahan dan menjadi orang tua itu sangatlah berat.
Pria tersebut seakan-akan tidak lagi mengenali dirinya sendiri. Pasalnya, dia seakan terjebak dalam rutinitas yang dilakukan mulai dari pekerjaan, pekerjaan runah tabgga, sampai mengasuh anak. Semua itu dirasakannya bagai beban tiada akhir.
Kisah ini diceritakan oleh pria yang memutuskan untuk menikah muda dengan pasangannya. Pada dasarnya dia tidak menyesali, tapi terkadang merasa terjebak karena dia tidaknpermah memiliki kesempatan untuk 'menjelajahi kehidupan' sebagai seorang lajang seperti dulu. Dirinya lebih terjebak dan kewalahan pada pemikiran 'bagaimana jika'.
Berbeda dengan letiga pria sebelumnya, pria ini justru menyadari bahwa dia dan istri semakin terpisah, dan nilai-nilai serta prioritas kami telah berubah. Namun, pria ini merasa terjebak karena dia takut dengan stigma sosial yang timbul akibat perceraian, dan dirinya tidak yakin akan masa depannya sendiri.
Bila kamu merasa terjebak dalam pernikahan yang sudah berjalan beberapa waktu, pikirkan baik-baik keadaan kamu dengan seseorang. Sadarilah bahwa kamu mungkin tidak perlu meledakkan hidup untuk menjadi bahagia.
Terima suka dan duka atas hilangnya peluang yang tidak dapat diperoleh kembali dan pahami apa yang terjadi dan alasannya. Jangan lupa, lihat dan ingat kembali kebahagiaan yang sudah kamu lalui bersama istri dan anak-anak. Dan pertimbangkan perubahan realistis dalam konteks kehidupan kamu saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Namun, sebuah institusi sakral yang dibangun atas dasar cinta, kepercayaan, dan komitmen ini, terkadang bisa menjadi labirin yang mengekang bagi sebagian pria.
Terlepas dari gagasan ideal tentang kebahagiaan abadi, banyak suami mendapati diri mereka bergumul dengan perasaan terjebak yang sangat besar dalam pernikahan mereka.
Beban ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari ekspektasi yang tidak terpenuhi hingga perubahan prioritas dan aspirasi pribadi.
Nah, Times of India telah merangkum beberapa pengakuan tanpa filter dari para pria yang pernah berbagi pengalamannya sebagai pria beristri, di mana merasa terjebak di dalam pernikahan mereka.
Gairah berkarier 'sudah mati'
Seorang pria mengisahkan mengenai kehidupan perkawinannya. Saat ini dirinya berusia 40 tahun dan dia merasa impian dan cita-citanya telah terhambat selama bertahun-tahun. Padahal saat dirinya menikah, dia sangat bersemangat dengan kariernya dan mempunyai rencana besar untuk masa depan dia dan keluarga kecilnya kelak.
.jpg)
(Baik suami maupun istri harus memberikan batasan dalam hal pekerjaan, dan tentukan waktu tertentu dimana hanya pasangan yang mendapatkan perhatian penuh. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Namun seiring berjalannya waktu, ternyata dia harus terus-menerus mengorbankan ambisinya demi memenuhi tuntutan istri dan keluarga si pria. Sampai akhirnya dia merasa terjebak dalam kehidupan yang tidak seperti dia bayangkan.
Seperti tidak mengenal dirinya
Pria kedua menceritakan kalau dirinya sangat mencinta sang istri dan peduli dengan anak-anaknya. Namun, dia tidak pernah membayangkan kalau ternyata beban hidup sehari-hari dalam pernikahan dan menjadi orang tua itu sangatlah berat.
Pria tersebut seakan-akan tidak lagi mengenali dirinya sendiri. Pasalnya, dia seakan terjebak dalam rutinitas yang dilakukan mulai dari pekerjaan, pekerjaan runah tabgga, sampai mengasuh anak. Semua itu dirasakannya bagai beban tiada akhir.
Tidak bisa merasakan kehidupan yang dulu
Kisah ini diceritakan oleh pria yang memutuskan untuk menikah muda dengan pasangannya. Pada dasarnya dia tidak menyesali, tapi terkadang merasa terjebak karena dia tidaknpermah memiliki kesempatan untuk 'menjelajahi kehidupan' sebagai seorang lajang seperti dulu. Dirinya lebih terjebak dan kewalahan pada pemikiran 'bagaimana jika'.
Takut akan stigma sosial akibat perceraian
Berbeda dengan letiga pria sebelumnya, pria ini justru menyadari bahwa dia dan istri semakin terpisah, dan nilai-nilai serta prioritas kami telah berubah. Namun, pria ini merasa terjebak karena dia takut dengan stigma sosial yang timbul akibat perceraian, dan dirinya tidak yakin akan masa depannya sendiri.
Bila kamu merasa terjebak dalam pernikahan yang sudah berjalan beberapa waktu, pikirkan baik-baik keadaan kamu dengan seseorang. Sadarilah bahwa kamu mungkin tidak perlu meledakkan hidup untuk menjadi bahagia.
Terima suka dan duka atas hilangnya peluang yang tidak dapat diperoleh kembali dan pahami apa yang terjadi dan alasannya. Jangan lupa, lihat dan ingat kembali kebahagiaan yang sudah kamu lalui bersama istri dan anak-anak. Dan pertimbangkan perubahan realistis dalam konteks kehidupan kamu saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)