FAMILY
Dicari 100 Sosok Inspiratif, Nominasikan Pahlawan Kemajuan Keluarga Anda Sekarang!
Rosa Anggreati
Kamis 24 Februari 2022 / 10:52
Jakarta: Tak perlu mengangkat senjata untuk menjadi pahlawan masa kini. Misalnya, dimulai dengan menjadi pahlawan bagi keluarga, lalu bagi lingkungan sekitar.
Salah satu contohnya, Ponijo. Pria asal Bantul yang kini berusia 42 tahun itu difabel sejak lahir. Kedua kakinya tak berfungsi normal dan mengharuskannya menggunakan kursi roda untuk mobilitas.
Walau begitu, pria yang hanya mengenyam pendidikan SD itu pantang hidup hanya mengharap belas kasih orang lain. Ia bekerja berjualan koran dan kanebo selama 10 tahun terakhir. Uang jerih payahnya digunakan untuk menghidupi istri dan satu orang anak.
Yang luar biasa, dari pendapatan yang tak seberapa itu Ponijo masih menyisihkan sebagian uang untuk berbagi dengan anak duafa.
"Saya sebagai orang tua merasa terharu melihat anak-anak difabel. Saya anggap mereka seperti anak sendiri. Saya sejak lahir merasakan perjalanan hidup seperti ini," tutur Ponijo saat mengisi acara Kick Andy di Metro TV, belum lama ini.

Diketahui, anak perempuan Ponijo yang berusia tujuh tahun pun difabel karena menderita kelainan tulang sehingga harus menggunakan kursi roda. Anak pertama Ponijo telah meninggal akibat kelainan tulang.
Kehilangan anak mendorong Ponijo membantu anak-anak duafa agar tidak kekurangan nutrisi. Dari menyisihkan hasil penjualannya, Ponijo kerap berbagi dengan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus dengan memberikan susu, sembako, maupun sayur.
Ponijo membuktikan meskipun dalam keterbatasan, ia mampu menjadi layaknya pahlawan dalam keluarga dan mereka yang membutuhkan.
Lain lagi kisah Musodikun, peternak sapi dan petani organik yang tinggal di Barito, Kalimantan Selatan (Kalsel). Pria asal Kebumen ini sukses menjalankan usaha pupuk organik dan pestisida organik berbahan baku kotoran hewan.
Daging sapi menjadi salah satu komoditas utama di Kalsel. Sentra produksi terletak di Desa Danda Jaya, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala. Namun, para petani menghadapi masalah limbah kotoran sapi yang mengganggu lingkungan desa.
Belajar dari pengalaman dan pelatihan, akhirnya Musodikun bisa membangun usaha pembuatan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan.

Musodikun yang juga Ketua Gabungan Kelompok Wijaya Kusuma ini mengajak para petani dan peternak di desanya untuk memanfaatkan teknologi pembuatan pupuk kompos dan biourin. Selain produksi pupuk untuk dijual, Musodikun juga mengajak petani menggunakannya untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Selain Musodikun yang menjalani profesi peternak sapi, ada Mita Kopiyah yang juga menjadi peternak sapi. Bedanya, Mita merupakan peternak sapi perah.
Perempuan asal Tulungangung, Jawa Timur ini memulai pekerjaan ternak sapi perah sejak 2005. Jika dulu ia hanya mengurus sapi milik tetangga, sekarang Mita telah memiliki 20 ekor sapi. Melalui pekerjaan tersebut, ibu satu anak ini mampu menyejahterakan ekonomi keluarga.
"Setiap hari ternak saya menghasilkan 75-100 liter susu sapi," kata Mita.
Kegigihan dan kerja keras Mita dinilai sangat inspiratif. Tak heran pada 2018, Mita Kopiyah resmi dinobatkan sebagai peternak perempuan binaan Frisian Flag melalui Koperasi Bangun Lestari.
Kemudian pada 2019, Mita terpilih mendapatkan pelatihan di Belanda dalam program Farmer to Farmer Frisian Flag Indonesia. Mita dipilih karena peternakannya mampu menghasilan susu sapi berkualitas bagus dan kuantitas baik. Dia menjadi satu-satunya peternak wanita dari Jatim yang terbang ke Belanda dalam program tersebut.

Melihat sosok Mita Kopiyah, Frisian Flag Indonesia tergugah mengangkat kisahnya ke dalam film. Lalu digandenglah sutradara perempuan ternama Nia Dinata.
Nia Dinata pun mengakui tertarik memfilmkan kisah Mita Kopiyah karena dapat memberikan inspirasi bahwa perempuan dapat belajar tanpa terbelengggu batasan ruang.
"Ternyata peternak dan petani memerlukan ruang-ruang untuk belajar. Melalui film pendek ini dapat menginspirasi masyarakat bahwa semua orang bisa sukses menekuni pekerjaan yang disukainya. Saya kagum dengan keinginan Mita untuk belajar. Luar biasa. Dia berani keluar dari zona nyaman," kata Nia Dinata, memuji.
Masih kata Nia Dinata, pesan utama film ini yaitu kita harus gigih, jangan mudah putus asa.
"Harus ada yang membuat kita bangkit. Dalam film ini Mita tidak ingin anaknya putus sekolah. Anak harus bisa mengejar cita-citanya," tutur Nia Dinata.
Film pendek berdurasi empat menit ini bisa ditonton di website dan YouTube resmi Frisian Flag Indonesia.

Sementara itu, Marketing Director Frisian Flag Indonesia Felicia Julian menjelaskan film pendek yang terinspirasi kisah Mita Kopiyah itu dibuat dalam rangka perayaan 100 tahun Frisian Flag di Indonesia.
"Tahun 2022 ini, Frisian Flag berulang tahun ke-100. Kami ingin memberikan inspirasi bagi masyarakat Indonesia bahwa setiap orang bisa berperan aktif dan membawa kemajuan bagi keluarga maupun masyarakat lebih luas. Film ini akan makin menarik jika sutradaranya juga tertarik mengangkat nilai kemajuan keluarga, sesuatu yang menjadi lebih baik, tentang zero to hero. Film karya Nia Dinata lainnya banyak yang bercerita tentang kebaikan dan kemajuan," ucap Felicia Julian.
Dalam rangkaian memeringati seabad Frisian Flag di Indonesia, diselenggarakan program Pahlawan Kemajuan Keluarga Indonesia. Pada program yang diselenggarakan bekerja sama dengan Kick Andy itu akan dicari 100 sosok Pahlawan Kemajuan Keluarga Indonesia.
Masyarakat dapat mendaftarkan diri sendiri atau orang lain sebagai kandidat Pahlawan Kemajuan Keluarga Indonesia di salah satu atau kombinasi tiga pilar, yaitu sehat, sejahtera, selaras.
Caranya, dengan mengirimkan cerita singkat disertai tiga hingga lima foto yang menunjukkan kegiatan sesuai kriteria, data diri lengkap dengan nomor telepon. Pastikan menggunakan email dan nomor telepon yang bisa dihubungi setiap saat.
Pendaftaran sosok Pahlawan Kemajuan Keluarga Indonesia dikirim melalui email: kickandy.pahlawankeluarga@medcom.id.
Proses penjurian tidak bersifat real time, dan akan dilakukan untuk memenuhi jadwal pengumuman sebagai berikut:
- 10 Juni 2022: Pengumuman 100 Pahlawan Kemajuan Keluarga.
- 18 Juli 2022: Pengumuman Top 10 Pahlawan Kemajuan Keluarga.
- Agustus 2022: Malam Penghargaan Arkatama.
Tersedia apresiasi bernilai total ratusan juta rupiah untuk para Pahlawan Kemajuan Keluarga yang akan dipilih oleh dewan juri.
Tersedia total ratusan juta rupiah untuk para Pahlawan Kemajuan Keluarga yang dipilih oleh dewan juri.
Informasi selengkapnya silakan mengakses website https://www.frisianflag.com/100tahun
Ayo! Jadi Pahlawan Kemajuan Keluarga Indonesia. Melaju Kuat bersama Frisian Flag untuk Indonesia sehat, sejahtera, selaras.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(ROS)
Salah satu contohnya, Ponijo. Pria asal Bantul yang kini berusia 42 tahun itu difabel sejak lahir. Kedua kakinya tak berfungsi normal dan mengharuskannya menggunakan kursi roda untuk mobilitas.
Walau begitu, pria yang hanya mengenyam pendidikan SD itu pantang hidup hanya mengharap belas kasih orang lain. Ia bekerja berjualan koran dan kanebo selama 10 tahun terakhir. Uang jerih payahnya digunakan untuk menghidupi istri dan satu orang anak.
Yang luar biasa, dari pendapatan yang tak seberapa itu Ponijo masih menyisihkan sebagian uang untuk berbagi dengan anak duafa.
"Saya sebagai orang tua merasa terharu melihat anak-anak difabel. Saya anggap mereka seperti anak sendiri. Saya sejak lahir merasakan perjalanan hidup seperti ini," tutur Ponijo saat mengisi acara Kick Andy di Metro TV, belum lama ini.

Diketahui, anak perempuan Ponijo yang berusia tujuh tahun pun difabel karena menderita kelainan tulang sehingga harus menggunakan kursi roda. Anak pertama Ponijo telah meninggal akibat kelainan tulang.
Kehilangan anak mendorong Ponijo membantu anak-anak duafa agar tidak kekurangan nutrisi. Dari menyisihkan hasil penjualannya, Ponijo kerap berbagi dengan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus dengan memberikan susu, sembako, maupun sayur.
Ponijo membuktikan meskipun dalam keterbatasan, ia mampu menjadi layaknya pahlawan dalam keluarga dan mereka yang membutuhkan.
Lain lagi kisah Musodikun, peternak sapi dan petani organik yang tinggal di Barito, Kalimantan Selatan (Kalsel). Pria asal Kebumen ini sukses menjalankan usaha pupuk organik dan pestisida organik berbahan baku kotoran hewan.
Daging sapi menjadi salah satu komoditas utama di Kalsel. Sentra produksi terletak di Desa Danda Jaya, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala. Namun, para petani menghadapi masalah limbah kotoran sapi yang mengganggu lingkungan desa.
Belajar dari pengalaman dan pelatihan, akhirnya Musodikun bisa membangun usaha pembuatan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan.

Musodikun yang juga Ketua Gabungan Kelompok Wijaya Kusuma ini mengajak para petani dan peternak di desanya untuk memanfaatkan teknologi pembuatan pupuk kompos dan biourin. Selain produksi pupuk untuk dijual, Musodikun juga mengajak petani menggunakannya untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Selain Musodikun yang menjalani profesi peternak sapi, ada Mita Kopiyah yang juga menjadi peternak sapi. Bedanya, Mita merupakan peternak sapi perah.
Perempuan asal Tulungangung, Jawa Timur ini memulai pekerjaan ternak sapi perah sejak 2005. Jika dulu ia hanya mengurus sapi milik tetangga, sekarang Mita telah memiliki 20 ekor sapi. Melalui pekerjaan tersebut, ibu satu anak ini mampu menyejahterakan ekonomi keluarga.
"Setiap hari ternak saya menghasilkan 75-100 liter susu sapi," kata Mita.
Kegigihan dan kerja keras Mita dinilai sangat inspiratif. Tak heran pada 2018, Mita Kopiyah resmi dinobatkan sebagai peternak perempuan binaan Frisian Flag melalui Koperasi Bangun Lestari.
Kemudian pada 2019, Mita terpilih mendapatkan pelatihan di Belanda dalam program Farmer to Farmer Frisian Flag Indonesia. Mita dipilih karena peternakannya mampu menghasilan susu sapi berkualitas bagus dan kuantitas baik. Dia menjadi satu-satunya peternak wanita dari Jatim yang terbang ke Belanda dalam program tersebut.

Melihat sosok Mita Kopiyah, Frisian Flag Indonesia tergugah mengangkat kisahnya ke dalam film. Lalu digandenglah sutradara perempuan ternama Nia Dinata.
Nia Dinata pun mengakui tertarik memfilmkan kisah Mita Kopiyah karena dapat memberikan inspirasi bahwa perempuan dapat belajar tanpa terbelengggu batasan ruang.
"Ternyata peternak dan petani memerlukan ruang-ruang untuk belajar. Melalui film pendek ini dapat menginspirasi masyarakat bahwa semua orang bisa sukses menekuni pekerjaan yang disukainya. Saya kagum dengan keinginan Mita untuk belajar. Luar biasa. Dia berani keluar dari zona nyaman," kata Nia Dinata, memuji.
Masih kata Nia Dinata, pesan utama film ini yaitu kita harus gigih, jangan mudah putus asa.
"Harus ada yang membuat kita bangkit. Dalam film ini Mita tidak ingin anaknya putus sekolah. Anak harus bisa mengejar cita-citanya," tutur Nia Dinata.
Film pendek berdurasi empat menit ini bisa ditonton di website dan YouTube resmi Frisian Flag Indonesia.

Sementara itu, Marketing Director Frisian Flag Indonesia Felicia Julian menjelaskan film pendek yang terinspirasi kisah Mita Kopiyah itu dibuat dalam rangka perayaan 100 tahun Frisian Flag di Indonesia.
"Tahun 2022 ini, Frisian Flag berulang tahun ke-100. Kami ingin memberikan inspirasi bagi masyarakat Indonesia bahwa setiap orang bisa berperan aktif dan membawa kemajuan bagi keluarga maupun masyarakat lebih luas. Film ini akan makin menarik jika sutradaranya juga tertarik mengangkat nilai kemajuan keluarga, sesuatu yang menjadi lebih baik, tentang zero to hero. Film karya Nia Dinata lainnya banyak yang bercerita tentang kebaikan dan kemajuan," ucap Felicia Julian.
Dalam rangkaian memeringati seabad Frisian Flag di Indonesia, diselenggarakan program Pahlawan Kemajuan Keluarga Indonesia. Pada program yang diselenggarakan bekerja sama dengan Kick Andy itu akan dicari 100 sosok Pahlawan Kemajuan Keluarga Indonesia.
Masyarakat dapat mendaftarkan diri sendiri atau orang lain sebagai kandidat Pahlawan Kemajuan Keluarga Indonesia di salah satu atau kombinasi tiga pilar, yaitu sehat, sejahtera, selaras.
Caranya, dengan mengirimkan cerita singkat disertai tiga hingga lima foto yang menunjukkan kegiatan sesuai kriteria, data diri lengkap dengan nomor telepon. Pastikan menggunakan email dan nomor telepon yang bisa dihubungi setiap saat.
Pendaftaran sosok Pahlawan Kemajuan Keluarga Indonesia dikirim melalui email: kickandy.pahlawankeluarga@medcom.id.
Proses penjurian tidak bersifat real time, dan akan dilakukan untuk memenuhi jadwal pengumuman sebagai berikut:
- 10 Juni 2022: Pengumuman 100 Pahlawan Kemajuan Keluarga.
- 18 Juli 2022: Pengumuman Top 10 Pahlawan Kemajuan Keluarga.
- Agustus 2022: Malam Penghargaan Arkatama.
Tersedia apresiasi bernilai total ratusan juta rupiah untuk para Pahlawan Kemajuan Keluarga yang akan dipilih oleh dewan juri.
Tersedia total ratusan juta rupiah untuk para Pahlawan Kemajuan Keluarga yang dipilih oleh dewan juri.
Informasi selengkapnya silakan mengakses website https://www.frisianflag.com/100tahun
Ayo! Jadi Pahlawan Kemajuan Keluarga Indonesia. Melaju Kuat bersama Frisian Flag untuk Indonesia sehat, sejahtera, selaras.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)