FAMILY

Simak dan Kenali Tanda Gejala Persalinan Dini

Medcom
Rabu 07 September 2022 / 12:41
Jakarta: Saat mendekati tanggal kelahiran sang buah hati, seringkali para calon ibu bertanya-tanya apakah semua rasa sakit yang dirasakan dapat dikatakan sebagai tanda persalinan akan dimulai atau belum. Namun ternyata, tidak semua orang akan mengalami gejala persalinan, lho!

Persalinan dini merupakan proses jalan untuk melahirkan bayi, yang ditandai dengan serangkaian kontraksi rahim yang semakin intens. Hal ini akan membuat bagian serviks (lubang di bagian bawah rahim) melebar dan menipis untuk membuat jalan bayi lahir. Persalinan dini pun memakan waktu 12 hingga 24 jam, bahkan bisa lebih dari itu.

Calon ibu memang sering mengalami gejala persalinan dini. Namun, gejala bisa begitu tenang sehingga bisa tidak disadari tanda-tandanya. Bahkan, bagi sebagian ibu bisa mengalaminya saat dekat dengan fase aktif persalinan.

Berikut ini gejala persalinan dini yang perlu diketahui oleh para calon ibu:

- Air ketuban pecah.
- Kram atau kontraksi yang tidak teratur.
- Kehilangan mucus plug (Gumpalan lendir yang menutupi mulut rahim).
- Sakit pada bagian selangkangan.
- Nyeri punggung bawah.
- Mual dan diare.
- Nesting (Insting atau perasaan bahwa bayi akan segera lahir).

Semua gejala di atas sangat mungkin tidak diketahui kapan akan terjadi oleh para calon ibu. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), segala jenis induksi persalinan harus dilakukan setelah kehamilan berumur 39 minggu dan hanya dilakukan oleh calon ibu yang dianggap berisiko rendah untuk melahirkan nantinya.

Menurut Meagan Moore, MD, seorang OB/GYN di Memorialcare Orange Coast Medical Center,Fountain Valley, California, ada beberapa cara yang direkomendasikan oleh para praktisi untuk membuat persalinan berjalan baik. Berikut di antaranya:

- Melakukan hubungan intim bersama suami.
- Mengonsumsi minyak jarak (caster oil) pada umur kehamilan 40 minggu.
- Membrane Stripping (Prosedur membantu menginduksi persalinan), yang harus dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan yang dipilih calon ibu.

Meskipun direkomendasikan, namun para calon ibu harus tetap mendiskusikan metode induksi apapun dengan penyedia layanan kesehatan atau dokter kandungan masing-masing. Sebab, setiap ibu hamil memiliki risiko dan kebutuhan yang berbeda. Maka dari itu, penting untuk selalu berkomunikasi perihal kehamilan kepada dokter atau bidan para calon ibu, ya!

Aulia Putriningtias

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH