BEAUTY

Apakah Jerawat Bisa Dialami oleh Orang yang Berusia Lanjut?

Raka Lestari
Jumat 25 Februari 2022 / 12:13
Jakarta: Jerawat merupakan salah satu gangguan pada kulit yang mungkin saja dialami oleh hampir seluruh orang. Pada umumnya, jerawat mulai muncul pada masa transisi dari anak-anak ke usia remaja karena adanya perubahan hormon pada tubuh. Akan tetapi, pada beberapa kasus jerawat juga tetap bisa dialami bahkan pada orang yang sudah bukan usia remaja lagi.

“Saat ini terdapat banyak sekali mitos yang tidak benar seputar penyakit jerawat. Beberapa di antaranya, yaitu bahwa jerawat hanya dialami selama masa remaja saja dan seharusnya orang tua tidak akan berjerawat,” ujar dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Klinik Pramudia, dalam Virtual Media Briefing.

Padahal fakta ilmiah mencatat, bahwa jerawat atau yang secara medis disebut Acne Vulgaris sebenarnya termasuk golongan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri. Selain itu jerawat juga disebabkan oleh gabungan beberapa penyebab, antara lain proses peradangan, produksi kelenjar minyak sebum yang berlebihan, ketidakseimbangan hormonal, dan sumbatan kelenjar minyak di kulit.

“Belum terdapat angka prevalensi yang pasti dan akurat untuk penyakit jerawat, khususnya untuk Indonesia. Tetapi secara rasional, karena salah satu faktor penyebabnya adalah penyumbatan pada saluran keluar kelenjar sebaseus/minyak serta produksi minyak yang berlebihan oleh kelenjar ini pada suhu panas, maka sangatlah wajar kasus penyakit jerawat sangat tinggi pada semua orang yang tinggal di daerah tropis, khususnya di Indonesia,” jelas dr. Anthony.

Menurut dr. Anthony, seseorang yang sudah tidak muda lagi masih bisa berjerawat karena ada salah satu faktor yang bisa memicu terjadinya jerawat yaitu faktor hormonal. Selain pada masa pubertas, ketidakseimbangan hormonal juga bisa terjadi pada usia tua misalnya pada saat wanita memasuki masa menopause. Jadi jerawat bisa terjadi pada usia berapa saja.

”Terdapat banyak faktor risiko penyakit jerawat, antara lain gaya hidup, suhu udara, kesehatan mental dan tingkat stress, personal hygienis, komitmen dan ketaatan pasien dalam   berobat, faktor genetik, kesadaran dan mindset pasien yang benar terhadap penyakit ini,” tutup dr. Anthony.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH