Sragen: Fenomena El Nino pada musim kemarau tahun ini sudah mulai menggerus ketersediaan air bersih di pukuhab desa yang tersebar di enam kecamatan, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah sejak Juni lalu.
Situasi krisis air bersih pada awal Agustus ini semakin meluas, yang membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen, setiap tiga hari sekali keliling desa desa kekeringan, untuk mensuplai atau droping air bersih.
"Kekeringan makin meluas sejak Juni, kini sudah 12 desa di enam kecamatan yang mengalami krisis air bersih,dan meminta untuk didroping air bersih," ungkap Teguh, dari BPBD Sragen di tengah memantau pengiriman air bersih di Desa Gilirejo, Kecamatan Miri, Kamis, 3 Agustus 2023.
Sejumlah desa di kawasan pinggiran Waduk Kedungombo ini terdampak krisis air bersih. Keberadaan sumur sumur warga sudah menyusut dan menyisakan air yang sudah tidak bening lagi, sehingga hanya untuk kebutuhan MCK.
"Kami berterimakasih, Pemkab Sragen sudah mulai mengirim air ke Gilirejo ini. Air bersih sangat kami butuhkan untuk masak dan minum. Air sumur yang menyusut jauh dan keruh untuk MCK dan ternak," kata Suparmi, wsrga Gilirejo di tengah menunggu giliran droping air.
Para warga tampak sabar antri menunggu truk tangki air PDAM yang didatangkan BPBD Sragen ke desanya. Dengan membawa ember.dan juga jirigen volume 20 liter air, warga bergantian menerima kucuran.
Puluhan desa yang mengalami krisis air bersih tersebar di kecamatan Sumberlawang, Miri, Tangen, Sukadono, Gesi dan Jenar. " Kami terus mengupayakan pengiriman ke desa desa yang mendesak butuj air, karena kondisi kekeringan yang menyengat tahun ini," imbuh Teguh.
Terpisah Kepala BPBD Sragen Triyono mengatajan, pihaknya semakin sering melakukan dropingbair bersih melalui kepala desa, yang diketahui oleh camat setempat.
"Begitu layak diprioritaskan, maka air bersih segera kami kirim. Kemarau tahun ini pada Agutus memang belum oincak bagi Sragen, tetapi yang terdampak sudah 12 desa. Kamin harus kerja keras lahi, jika El Nino makon mengerinhkab sunber air di Sragen pada bulan September yabg kemungkinan menjado puncak kekeringan," sergah Triyono. MI/Widjajadi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News