Wonogiri: Kuota pupuk bersubsidi di Kabupaten Wonogiri bertambah signifikan pada pertengahan tahun ini. Namun dikhawatirkan, akan banyak tidak terserap petani, seiring banyaknya lahan, terutama di wilayah selatan yang tidak akan ditanami padi pada musim kemarau ini, karena persoalan kecukupan air irigasi.
Pertanian di wilayah irigasi teknis pun, seperti di Kecamatan Selogiri misalnya, pada musim tanam (MT) II dan III yang mundur ini, banyak petani yang belum mengambil jatah pupuk subsidi yang menjadi hak mereka.
Kepala Dinas Pertanian Wonogiri, Baroto Eko Pujanto mengakui, penambahan kuota pupuk subsidi di wilayahnya yang meliputi ratusan desa di 25 kecamatan, merupakan kebijakan pemerintah pusat, melalui Kementerian Pertanian.
"Ya memang sebelumnya merupakan permintaan petani, lewat E-RDKK (rencana difinitif kebutuhan kelompok) petani. Tetapi ternyata penambahan dilakukan di tahun anggaran berjalan. Apakah efektif, ini yang masih kita usahakan, agar penyerapan bisa maksimal," kata Baroto menjawab Media Indonesia, Selasa, 2 Juli 2024.
Menurut dia, setidaknya adanya bantuan 60 pompa air, masih banyak petani yang akan mengupayakan tanam padi, karena masih bisa mengambil air permukaan tanah. Memang perlu kerja keras, terutama lahan tadah hujan di wilayah selatan yang sulit air saat kemarau datang.
"Ya dengan memanfaatkan pompa air, mudah mudahan air permukaan tanah, seperti air dari dam atau waduk kecil masih mencukupi, sehingga pertanian bisa dikelola, dan pupuk subsidi pun masih bisa terserap. Tapi bagi daerah yang tidak memungkinkan, mungkin bukan padi yang ditanam," kata dia.
Untuk pertanian wilayah timur yang tidak pernah kekeringan, Dispertan Wonogiri menjamin pupuk subsidi akan terserap maksimal pada MT III, karena sepanjang tahun petani tanam padi.
Data di Bidang Sarana dan Prasarana Dispertan Wonogiri mencatat penambahan kuota pupuk bersubsidi jenis Urea dan NPK bagi 164.543 petani sesuai E-RDKK, bertambah signifikan pada tahun berjalan 2024.
Kuota pupuk Urea yang awalnya 22.863,8 ton, pada Mei lalu bertambah menjadi 35.313,6 ton, atau mengalami peningkatan 54,45%. Sementara kuota pupuk subsidi NPK yang awalnya 17.248,3 ton setahun, pada Mei lali mendapatkan penambahan menjadi 33.175,4 ton atau meningkat 92,34%.
Gerojokan pupuk subsidi itu merupakan anugerah, tetapi karena jatuhnya pertengahan tahun, dikhawatirkan tidak akan terserap maksimal, karena sejumlah faktor. Seperti terjadi pada saat musim kemarau, di mana wilayah selatan yang sulit air irigasi, mengalihkan lahannya bukan untuk mengelola padi. MI/Widjajadi Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News