Ada empat pasang sapi yang beradu cepat di partai puncak. Sepasang sapi menarik satu gerobak yang dinaiki dua joki.
Sementara di sisi kiri-kanan arena pacu teriakan ratusan warga mewarnai lomba tersebut. Mereka tidak berhenti bersorak, sampai ada pasangan sapi yang keluar sebagai pemenang.
“Karapan sapi di Binangga bukan sekadar perlombaan. Kami menggelarnya sebagai bagian dari tradisi yang harus terus dilakukan, sekaligus ungkapan rasa syukur setelah masa panen padi,” ujar Iwan Januar, petani.
Atraksi budaya
Selain itu, karapan sapi ialah atraksi budaya. Kejuaraan itu untuk mempererat silaturahim antarpeternak. “Lomba ini juga memacu peternak menghasilkan sapi yang berkualitas,” imbuh Iwan.Karena terkait dengan masa panen, karapan lebih sering digelar setahun dua kali. Namun, pada 2020 dan 2021, lomba ini ditiadakan karena pandemi covid-19.
“Di Sigi, kami tidak sendiri. Desa tetangga, seperti Desa Biromaru dan desa lain juga sering menggelarnya,” tambah Sulaeman Jani, petani lain.
Panitia lomba karapan sapi, H Muhtar, mengungkapkan karapan sapi kali ini memperlombakan pelbagai kelas. Dua di antaranya kelas umum dan campuran. Peserta yang mengikuti lomba adu cepat di lintasan sepanjang 300 meter.
“Hadiah masih sama seperti perlombaan sebelumnya, yakni 5 ekor sapi dan uang tunai,” katanya.
Muhtar menegaskan peserta yang ikut dalam perlombaan mayoritas warga Sigi yang bekerja sebagai petani dan peternak sapi. Ada 20 pasang sapi yang mengikuti perlombaan kali ini. MI/Taufan SP Bustan Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News