Kemarau membawa berkah dan saatnya menabung, itulah terjadi pada petani garam di Pantura Jawa Tengah, karena musim kemarau ini menghadapi musim panen raya garam tradisional yang ada disepanjang Pati-Rembang.
Kemarau membawa berkah dan saatnya menabung, itulah terjadi pada petani garam di Pantura Jawa Tengah, karena musim kemarau ini menghadapi musim panen raya garam tradisional yang ada disepanjang Pati-Rembang.
Panas matahari pada musim kemarau ini cukup menyengat, udara juga sangat gerah hingga suhu di daerah Pantura Jawa Tengah capai 35-37 derajat celcius, namun itu justru membuat petani garam di sepanjang jalur pantura Pati-Rembang bergairah, sejak tengah hari menggunakan garpu kayu terus mengorek ladang garamnya.
Panas matahari pada musim kemarau ini cukup menyengat, udara juga sangat gerah hingga suhu di daerah Pantura Jawa Tengah capai 35-37 derajat celcius, namun itu justru membuat petani garam di sepanjang jalur pantura Pati-Rembang bergairah, sejak tengah hari menggunakan garpu kayu terus mengorek ladang garamnya.
Kemarau panjang ini menjadi berkah bagi petani garam, karena sedang menghadapi panen raya dari ribuan hektare ladang garam sepanjang jalur pantura tersebut, sehingga gairah untuk mengolah ladang semakin tinggi, bahkan selama musim kemarau di ini rata-rata setiap tambak telah tiga kali panen.
Kemarau panjang ini menjadi berkah bagi petani garam, karena sedang menghadapi panen raya dari ribuan hektare ladang garam sepanjang jalur pantura tersebut, sehingga gairah untuk mengolah ladang semakin tinggi, bahkan selama musim kemarau di ini rata-rata setiap tambak telah tiga kali panen.

Kemarau Panjang Saatnya Petani Garam Menabung

23 Oktober 2023 13:53
Pati: Kemarau membawa berkah dan saatnya menabung, itulah terjadi pada petani garam di Pantura Jawa Tengah, karena musim kemarau ini menghadapi musim panen raya garam tradisional yang ada disepanjang Pati-Rembang.

Panas matahari pada musim kemarau ini cukup menyengat, udara juga sangat gerah hingga suhu di daerah Pantura Jawa Tengah capai 35-37 derajat celcius, namun itu justru membuat petani garam di sepanjang jalur pantura Pati-Rembang bergairah, sejak tengah hari menggunakan garpu kayu terus mengorek ladang garamnya.

Kemarau panjang ini menjadi berkah bagi petani garam, karena sedang menghadapi panen raya dari ribuan hektare ladang garam sepanjang jalur pantura tersebut, sehingga gairah untuk mengolah ladang semakin tinggi, bahkan selama musim kemarau di ini rata-rata setiap tambak telah tiga kali panen.

"Saat kemarau ini, garam lebih cepat mengkristal dan mengering, hanya dalam waktu 20 hari sudah panen," ujar Wahyono, 50, petani garam di Desa Genengmulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.

Hal tersebut juga diungkapkan Sukarmin, 49, petani garam di Desa Daun, Kecamatan Lasem, Rembang bahwa selama musim kemarau ini panen garam berlimpah ruah, namun petani masih menahan diri untuk tidak segera menjual karena harga masih rendah hanya Rp800 per kilogram di tingkat petani. "Kita jual nanti saat musim penghujan, biasanya bisa sampai Rp3.000 per kilogram," imbuhnya.

Garam tradisional atau lebih dikenal dengan garam krosok untuk masa panen ini lebih banyak disimpan di gudang-gudang kayu beratap rendah, bahkan petani tidak khawatir hasil panen rusak karena sudah paham mekanisme penyimpanan yang baik, biasanya pada bulan ketiga atau kelima baru melepas ke pasaran.

Produksi garam di musim kemarau ini memang luar biasa, dalam setiap hektare pada kondisi normal menghasilkan 2,5 ton per pekan, namun saat ini meningkat hingga 100 persen atau lima ton per pekan. "Hasil penelitian panen ini kita tabung dulu, nanti setelah penghujan dan harga membaik baru dijual," ungkap Kardi, 45, Desa Dresi Kulon, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang.

Sementara itu berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Rembang, jumlah produksi garam di daerah ini pernah mencapai 125 ribu ton atau sekitar 6,8% kebutuhan nasional Garam, bahkan garam dari Kota Rembang ini pun memiliki kualitas yang baik dan sama dengan kualitas garam impor.

Namun realita lain muncul karena produksi dari tahun ke tahun terus menyusut seiring semakin berkurangnya ladang garam akibat perubahan kondisi, tidak dapat dipungkiri banyak lahan garam telah berubah fungsi menjadi komplek perumahan atau pabrik, namun hal ini sulit dikendalikan karena kondisi ini memaksa petani beralih profesi terutama saat harga garam rakyat anjlok.

Hingga kondisi produksi garam Rembang terus anjlok seperti pada tahun 2021 produksi garam mencapai 98.767 ton, sedangkan tahun 2022 turun dratis hanya 45.467 ton, namun diharapkan pada tahun 2023 ini akan kembali meningkat seiring kemarau panjang dan mengalami panen raya. MI/Akhmad Safuan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(CDE)

News Garam kemarau Panen Raya Jawa Tengah