Kolam renang luas itu kini berisi air keruh dan berlumut. Hotel megah yang berdiri di depannya sama suramnya. Melompong.
Kolam renang luas itu kini berisi air keruh dan berlumut. Hotel megah yang berdiri di depannya sama suramnya. Melompong.
Padahal, dua tahun lalu, tamu harus memesan jauh jauh hari untuk mendapat kamar di hotel yang terletak di tepi Pantai Jungut Batu, Nusa Lembongan, Bali, ini.
Padahal, dua tahun lalu, tamu harus memesan jauh jauh hari untuk mendapat kamar di hotel yang terletak di tepi Pantai Jungut Batu, Nusa Lembongan, Bali, ini.
Pemandangan birunya laut dan Gunung Agung di kejauhan membuatnya jadi favorit turis baik asing maupun domestik.
Pemandangan birunya laut dan Gunung Agung di kejauhan membuatnya jadi favorit turis baik asing maupun domestik.
Sama seperti kondisi lainnya di Bali, kebangkitan pariwisata memang masih sulit dicapai. Sepinya turis membuat restoran, vila, dan bar masih belum bisa membalik plang ‘Tutup’.
Sama seperti kondisi lainnya di Bali, kebangkitan pariwisata memang masih sulit dicapai. Sepinya turis membuat restoran, vila, dan bar masih belum bisa membalik plang ‘Tutup’.
Banyak pelaku usaha kembali ke mata pencaharian awal, yakni budi daya rumput laut.
Banyak pelaku usaha kembali ke mata pencaharian awal, yakni budi daya rumput laut.
Meski begitu, sudah lamanya kemahiran budi daya rumput laut dilupakan, tepatnya semenjak 2008 saat bisnis wisata melesat di sana, membuat alih profesi tidak mulus.
Meski begitu, sudah lamanya kemahiran budi daya rumput laut dilupakan, tepatnya semenjak 2008 saat bisnis wisata melesat di sana, membuat alih profesi tidak mulus.

Foto Cerita: Lembongan Kembali ke Awal

31 Oktober 2021 12:03
Jakarta: Kolam renang luas itu kini berisi air keruh dan berlumut. Hotel megah yang berdiri di depannya sama suramnya. Melompong. Padahal, dua tahun lalu, tamu harus memesan jauh jauh hari untuk mendapat kamar di hotel yang terletak di tepi Pantai Jungut Batu, Nusa Lembongan, Bali, ini. Pemandangan birunya laut dan Gunung Agung di kejauhan membuatnya jadi favorit turis baik asing maupun domestik.

Sama seperti kondisi lainnya di Bali, kebangkitan pariwisata memang masih sulit dicapai. Sepinya turis membuat restoran, vila, dan bar masih belum bisa membalik plang ‘Tutup’.

“Omzet bisa mencapai Rp15 juta-Rp20 juta sehari. Begitu korona, omzet nol. Untungnya punya tabungan dan saya masih bekerja membawa kapal penyeberangan dari Sanur,” ungkap Nyoman Dharma, pemilik Warung Bambu di tepi pantai Desa Jungut Batu, Nusa Lembongan.

Namun, banyak pelaku pariwisata lain di desa itu tidak seberuntung Nyoman. Lamanya pandemi membuat tabungan terkuras dan tidak ada pilihan selain mencari penghasilan lain. 

Karena itu, banyak dari mereka kembali ke mata pencaharian awal, yakni budi daya rumput laut. Meski begitu, sudah lamanya kemahiran budi daya rumput laut dilupakan, tepatnya semenjak 2008 saat bisnis wisata melesat di sana, membuat alih profesi tidak mulus. 

“Saya sedih karena kehilangan pekerjaan, sekarangharus mulai dari awal. Belajar lagi cara menanam, merawat, hingga memilih hasil panen rumput laut yang mempunyai nilai jual. Lebih sedih lagi hilangnya generasi penerus karena lebih memilih bekerja di industri pariwisata,” kata Wayan Budi, penduduk asli Lembongan. Ia biasa bekerja sebagai pemandu wisata selam.

“Dulu, rumput laut menjadi andalan mata pencarian keluarga kami secara turun-temurun. Kami tinggalkan karena menganggap sektor wisata lebih menjanjikan. Saya berani kredit kapal, mobil untuk menjual jasa paket wisata,” ungkap Budha, pemilik usaha sekaligus pemandu wisata. Ia berharap pariwisata kembali bergeliat seiring dengan penurunan kasus covid-19 dan pembukaan kembali pintu bagi wisatawan mancanegara. MI/Ramdani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(KHL)

News bali Pariwisata dampak ekonomi covid-19