Aceh: Walau fenomena alam El Nino yang sedang melanda di berbagai penjuru Nusantara berpengaruh besar terhadap dunia pertanian dan perekonomian anak negeri. Dibalik itu, ternyata masih ada warga yang dapat mempertahankan secercah harapan dan mampu tersenyum dibalik kondisi cuaca tidak bersahabat ini.
Diantaranya adalah Ghina Zuhaira, pencinta tanaman buah di kawasan Desa Blang Garot, Kecamatan Indramajaya, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Kegembiraan mahasiswi smester 5, Universitas Syiahh Kuala itu berkat hasil panen buah Matoa yang berada di pekarangan rumah dan di kebunnya.
Ghina Zuhaira, kepada Media Indonesia, Selasa, 12 September 2023 menuturkan, karunia Ilahi yang berwujud nikmat Allah, melalui buah matoa itu telah berbungaempat tahap dan sudah memasuki panen tiga kali sejak dekitar tiga bulan terakhir. Hal ini bersamaan sejak fenomena El Nino melanda kawasan provinsi di ujung barat Indonesia tersebut.
Ternyata itu suatu anugerah yang tergolong unik dan sungguh luar biasa. Mengapa, karena tahun-tahun sebelumnya si buah ikonik asal Provinsi Papua yang bermanfaat untuk kesehatan jantung, melawan radikal bebas, melawan infeksi virus dan menjaga organ reproduksi tersebut tidak pernah berbuah atau panen tiga kali dalam satu musim.
"Uniknya kali ini berbunga terus sudah empat kali dan kini sedang memasuki panen ke tiga. Tahun belakangan belum pernah seperti kali ini, paling dua kali panen sudah selesai. Tapi musim kali ini tidak keluar buah melimpah sekalian. Saya tidak tahu juga apakan pengaruh musim panas atau fenomena El Nino sehingga bunganya keluar bertahap guna mencukupi energi mengisi daging buah, Wallahu Alam...?," tutur alumnus SMA Sukma Bangsa Pidie tersebut.
Dikakatan Ghina Zuhaira, hasil panen buah yang memiliki rasa durian, rasa rabutan dan rasa lengkeng itu tidak pernah mereka jual ke pasar atau kepada siapapun. Sesuai keingknan orang tua dan sekeluarganya, buah yang tergolong masih langka di Aceh itu hanya untuk disedekahkan kepada kerabat, orang sekitar dan kawan-tema lainnya.
"Itu sesuai dengan niat awal ayah menanam buah yang berwarna merah maron nan cantik ini. Yaitu menana matoa di Aceh sebagai lambang persaudaraan dengan Papua," kata Ghina yang juga Ketua Departemen Informasi Komunikasi BEM USK itu.
Menurut Farida Hanum adik dari Ghina Zuhaira, berkat sosialisasi berbagai pihak pencinta tanaman buah, kini keinginan untuk menanam matoa di Aceh mulai tumbuh. Selain rasa buahnya cukup nikmat, berparas cantik, banyak khasiat kesehatan dan menghijaukan pekarangan juga bernilai ekonomi tinggi serta melambangkan se-tanah air dengan masyarakat Papua.
"Walau di Aceh belum hadir di pasar buah, tapi di negara jiran seperti Kuala Lumpur harganya berkisar Rp200.000 hingga Rp250.000/kilogram," tutur Ibtisam Lutfia adik dari Farida Hanum.
Berdasarkan penelusuran Media Indonesia, tanaman matoa tergolong rindang dan asri yang bisa melahirkan udara bersih serta kaya karbon. Tanaman asal Papua yang hidup di daerah kawasan tropis ini bagus ditanami di pekarangan rumah dan cocok untuk penghijauan. MI/Amiruddin Abdullah Reubee Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News