Fenomena penolakan masyarakat terhadap kehadiran pengungsi etnis Rohingya terus terjadi Aceh. Setelah sebelumnya dilakukan pengusiran oleh warga pribumi di Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Bireuen dan Aceh Timur, kali ini terulang lagi di Kabupaten Pidie.
Fenomena penolakan masyarakat terhadap kehadiran pengungsi etnis Rohingya terus terjadi Aceh. Setelah sebelumnya dilakukan pengusiran oleh warga pribumi di Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Bireuen dan Aceh Timur, kali ini terulang lagi di Kabupaten Pidie.
Amatan Media Indonesia, Sabtu, 23 Desember 2023, kisah sedih nan miris itu kali ini terjadi di Kabupaten Pidie, yang tak lain adalah sebuah wilayah daratan di pesisir perairan laut Selatan Malaka. Yakni sebanyak 180 orang warga pengungsi asal Myanmar itu di usir kesana-kemari oleh warga setempat.
Amatan Media Indonesia, Sabtu, 23 Desember 2023, kisah sedih nan miris itu kali ini terjadi di Kabupaten Pidie, yang tak lain adalah sebuah wilayah daratan di pesisir perairan laut Selatan Malaka. Yakni sebanyak 180 orang warga pengungsi asal Myanmar itu di usir kesana-kemari oleh warga setempat.
Setelah terpimpong kesana-kemari hingga tiga lokasi. 180 manusia perahu tersebut diboyong ke halaman Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disduk Capil) Kabupaten Pidie, Aceh.
Setelah terpimpong kesana-kemari hingga tiga lokasi. 180 manusia perahu tersebut diboyong ke halaman Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disduk Capil) Kabupaten Pidie, Aceh.
Mantan Sekretaris Jenderal Internasional Concern Group for Rohingyas (ICGR), M Adli Abdullah, mengatakan seharusnya pihak terkait seperti UNHCR, IOM lebih cepat mengambil alih persoalan pengungsi ini. Apalagi menyangkut dengan manusia dan keselamatannya.
Mantan Sekretaris Jenderal Internasional Concern Group for Rohingyas (ICGR), M Adli Abdullah, mengatakan seharusnya pihak terkait seperti UNHCR, IOM lebih cepat mengambil alih persoalan pengungsi ini. Apalagi menyangkut dengan manusia dan keselamatannya.

Lagi, Pengungsi Rohingya Terpingpong di Aceh

24 Desember 2023 10:55
Aceh: Fenomena penolakan masyarakat terhadap kehadiran pengungsi etnis Rohingya terus terjadi Aceh. Setelah sebelumnya dilakukan pengusiran oleh warga pribumi di Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Bireuen dan Aceh Timur, kali ini terulang lagi di Kabupaten Pidie.

Amatan Media Indonesia, Sabtu, 23 Desember 2023, kisah sedih nan miris itu kali ini terjadi di Kabupaten Pidie, yang tak lain adalah sebuah wilayah daratan di pesisir perairan laut Selatan Malaka. Yakni sebanyak 180 orang warga pengungsi asal Myanmar itu di usir kesana-kemari oleh warga setempat.

Setelah terpimpong kesana-kemari hingga tiga lokasi. 180 manusia perahu tersebut diboyong ke halaman Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disduk Capil) Kabupaten Pidie, Aceh.

Mantan Sekretaris Jenderal Internasional Concern Group for Rohingyas (ICGR), M Adli Abdullah, mengatakan seharusnya pihak terkait seperti UNHCR, IOM lebih cepat mengambil alih persoalan pengungsi ini. Apalagi menyangkut dengan manusia dan keselamatannya.

Kalau terlalu berlarut dan terus dikejar atau di usir oleh warga karena dianggap terusik kenyamanan setempat, itu bisa berakibat kurang baik. Selain itu adalah kepada pemerintah, masyarakat dan semua komponen, tidak berlebihan menyimpulkan perihal negatif kepada etnis Rohingya.

"Silakan memperbaiki dimana kekhilafan mereka dan tidak membentuk opini negatif, karena mereka bukanlah moral kelemahan moral mereka. Tapi mereka juga wajar mendapatkan perlindungan sebagai kemanusiaan. Apalagi ini bangsa Melayu yang seiman dengan masyarakat Serambi Mekkah," kata Adli Abdullah yang juga Dosen serius Fakultas Hukum USK (Universitas Syiah Kuala).

Kisah terlunta-luntanya kelompok manusia muslim Melayu itu berawal pada pukul 03.00 WIB, dini hari, Minggu 10 Desember 2023 pekan lalu. Yaitu 180 warga pengungsi Rohingya mendarat di lepas pantai kampung Biheue, Desa Blang Raya kecamatan Muara Tiga.

Kedatangan para pengungsi konflik politik di negaranya itu ditolak atau tidak diterima oleh warga Desa Blang Raya. Mereka hanya mengizinkan tinggal di wilayah teritorial desa itu hanya sementara waktu selama sekitar sepekan.

Pada Jumat, 22 Desember 2023 mereka diantar dengan menggunakan empat mobil dum truk oleh warga Blang Raya, ke halaman gedung DPRK (Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten) Pidie di Kota Sigli. Tidak diterima di gedung tersebut, malam itu juga sekitar pukul 01.00 WIB di boyong ke kawasan kampung Lengah di dekat pantai perbatasan Kabupaten Pidie-Kabupaten Aceh Besar.

Ternyata nasib malang terus merundungi para manusia perahu tersebut. Yakni pada tengah malam menjelang subuh Sabtu tadi pagi, 180 muslim Rohingya itu diusir oleh warga Lengah diboyong ke halaman sebelah timur kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pidie di kawasan Kota Sigli.

Sesuai pantauan dari lokasi, pakaian para pengungsi itu tampak kumuh dan lusuh seperti sudah lama tidak mandi. Dari 180 orang usia campuran laki-laki dan perempuan itu, sebanyak 11 diantaranya dalam perawatan di
rumah sakit Teungku Chik Ditiro, dalam keadaan sakit.

Sejak subuh mereka sampai ke halaman Disduk Capil, siang hari, belum ada persediaan nasi untuk sarapan atau makan siang. Untuk mengganjal perut mereka hanya mendapat makanan ringan seperti kue kering, pisang dan air
mineral dari bantuan para donatur.

Sedihnya lagi ratusan pengungsi itu duduk istirahat dan tidur beralaskan tanah atau berselimut debu halaman Disduk Capil tersebut. Bahkan para balita dan bocah dibawah umur tidur bulan dalam pelukan orang tuanya.

"Untuk sementara baru kue kering dan makanan ringan yang tersedia. Sayang juga anak-anak mereka yang masih di bawah umur," tutur Rosi, staf kantor Disduk Capil Pidie. MI/Amiruddin Abdullah Reubee 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(CDE)

News rohingya imigran gelap aceh