Pengunjuk rasa membuat barikade di seberang jalan dengan longyi, pakaian tradisional yang banyak dikenakan di Myanmar, selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon.
Pengunjuk rasa membuat barikade di seberang jalan dengan longyi, pakaian tradisional yang banyak dikenakan di Myanmar, selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon.
Kain panjang seperti sarung yang dirangkai di garis mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi kepercayaan yang sudah lama dipegang tentang pakaian perempuan tampaknya menghentikan langkah pasukan keamanan saat mereka bergerak untuk memadamkan pemberontakan melawan junta Myanmar.
Kain panjang seperti sarung yang dirangkai di garis mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi kepercayaan yang sudah lama dipegang tentang pakaian perempuan tampaknya menghentikan langkah pasukan keamanan saat mereka bergerak untuk memadamkan pemberontakan melawan junta Myanmar.
"Alasan mengapa kami menggantung longyi di seberang jalan adalah karena kami memiliki kepercayaan tradisional bahwa jika pria lewat di bawah longyi, mereka mungkin kehilangan keberuntungan," kata seorang pengunjuk rasa berusia 20 tahun yang menolak menyebutkan namanya.
Dia menambahkan bahwa generasi muda Myanmar saat ini sudah tidak percaya lagi dengan mitos tersebut. Tetapi tidak bagi para tentara.
Dia menambahkan bahwa generasi muda Myanmar saat ini sudah tidak percaya lagi dengan mitos tersebut. Tetapi tidak bagi para tentara. "Generasi muda sekarang tidak percaya lagi, tapi tentara masih percaya, dan itu kelemahan mereka. Jadi, kita mungkin mendapat lebih banyak waktu untuk lari jika mereka mendatangi kita dalam keadaan darurat."
Secara tradisional, berjalan di bawah barang-barang yang digunakan untuk menutupi bagian pribadi perempuan bukan hanya nasib buruk, tetapi juga melemahkan kaum pria.
Secara tradisional, berjalan di bawah barang-barang yang digunakan untuk menutupi bagian pribadi perempuan bukan hanya nasib buruk, tetapi juga melemahkan kaum pria.

Terbukti Ampuh! Pakaian Perempuan Digantung Berhasil Hambat Tentara Myanmar

07 Maret 2021 17:48
Yangon: Para pengunjuk rasa antikudeta telah merangkai pakaian perempuan di garis di seberang jalan untuk memperlambat polisi dan tentara Myanmar. Secara tradisi orang Myanmar meyaini jika berjalan di bawah pakaian perempua akan membawa sial bagi kaum pria.

Kain yang mirip dengan sarung dan dikenal sebagai longyi tersebut digantung di tali jemuran dan dibentangkan melintang di jalanan. Bahkan pakaian dalam perempuan juga digunakan.

"Alasan mengapa kami menggantung longyi di seberang jalan adalah karena kami memiliki kepercayaan tradisional bahwa jika pria lewat di bawah longyi, mereka mungkin kehilangan keberuntungan," kata seorang pengunjuk rasa berusia 20 tahun yang menolak menyebutkan namanya karena takut. 

Dia menambahkan bahwa generasi muda Myanmar saat ini sudah tidak percaya lagi dengan mitos tersebut. Tetapi tidak bagi para tentara.

"Generasi muda sekarang tidak percaya lagi, tapi tentara masih percaya, dan itu kelemahan mereka. Jadi, kita mungkin mendapat lebih banyak waktu untuk lari jika mereka mendatangi kita dalam keadaan darurat."

Video di media sosial menunjukkan polisi menurunkan tali jemuran pakaian sebelum melintasinya. 

Secara tradisional berjalan di bawah barang-barang yang digunakan untuk menutupi bagian pribadi perempuan bukan hanya nasib buruk, tetapi juga melemahkan kaum pria.

Selama lebih dari satu bulan, pengunjuk rasa telah berdemonstrasi di seluruh Myanmar menentang kudeta militer 1 Februari dan penangkapan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan ratusan lainnya. 
Lebih dari 50 pengunjuk rasa telah dibunuh oleh pasukan keamanan.

Namun demikian, jemuran pakaian perempuan tersebut tidak sepenuhnya menghentikan polisi menggunakan gas air mata, peluru karet, dan granat kejut. Beberapa pengunjuk rasa juga terbunuh oleh peluru tajam. Tentara mengatakan telah menanggapi protes dengan menahan diri. AFP PHOTO

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(WWD)

Internasional kudeta myanmar politik myanmar aung san suu kyi Kudeta Myanmar