Tunis: Ribuan warga Tunisia berunjuk rasa di ibu kota Tunis dalam memprotes Presiden Kais Saied yang berencana memperluas kekuasaan seorang kepala negara. Unjuk rasa terjadi beberapa hari setelah Saied mengeluarkan sejumlah dekrit, membuat amandemen terkait wewenang legislatif dan eksekutif, serta menghapus sebuah lembaga pemantau aturan konstitusi.
Gerakan unjuk rasa juga dilakukan sekelompok pendukung Saied, yang berkumpul di Habib Bourguiba di hadapan massa oposisi.
Aparat kepolisian dan pasukan keamanan gabungan dikerahkan ke sejumlah wilayah ibu kota dalam mencegah potensi terjadinya bentrokan antar kedua kubu.
Mereka yang memprotes langkah presiden mendesak Saied untuk menarik kembali langkah-langkahnya. Sementara mereka yang mendukung presiden, menyerukan diberlakukannya sistem presidensial di Tunisia.
Menurut keterangan sejumlah saksi mata, tidak ada politisi maupun tokoh ternama di jajaran massa pendukung Saied, yang jumlahnya diperkirakan kurang dari 30 orang.
Pada 25 Juli, Saied membubarkan pemerintahan, membekukan parlemen, dan melanjutkan otoritas eksekutif. Meski ia berkukuh semua langkah yang dilakukannya ini bertujuan demi "menyelamatkan" negara, sejumlah kritikus menudingnya sedang melakukan kudeta.
Tunisia disebut-sebut sebagai satu-satunya negara Arab yang sukses menjalani transisi demokratis. Berbeda dengan beberapa negara tetangganya seperti Mesir, Libya, dan Yaman yang sering mengalami kudeta dan penggulingan kekuasaan. AFP Photo/Fethi Belaid
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News