Jakarta: Sedikitnya 21 orang, termasuk tiga anak-anak, tewas setelah hujan lebat mengguyur Republik Dominika pada akhir pekan, kata pihak berwenang pada Minggu, 19 November 2023, seraya memperingatkan bahwa bencana alam tersebut terkait dengan memburuknya perubahan iklim.
Badai yang sangat deras selama 48 jam terakhir telah menyebabkan banjir, merusak infrastruktur dan merobohkan rumah-rumah di negara Karibia tersebut, yang oleh Presiden Luis Abinader disebut sebagai peristiwa curah hujan terbesar yang pernah ada dalam sejarah negara tersebut.
“Mereka yang tidak percaya pada perubahan iklim, mulai percaya,” kata Abinader, yang berbicara tentang kerusakan yang luas dan substansial, meski tanpa merinci angka pastinya.
Hujan yang disebabkan oleh depresi tropis diperkirakan akan terus berlanjut di seluruh wilayah negara itu selama 24 jam ke depan, kata Kedutaan Besar AS dalam peringatan cuaca.
Dalam satu insiden yang sangat mematikan, sebuah tembok runtuh pada hari Minggu dan menimpa beberapa kendaraan yang berjalan di jalan utama di ibu kota, Santo Domingo, menewaskan sembilan orang.
Air menyusup ke lapisan tanah yang jenuh air, dan fondasi dinding beton ambruk, kata Kementerian Pekerjaan Umum pada Minggu.
Investigasi atas insiden tersebut telah diperintahkan oleh kementerian.
Sembilan orang lainnya tewas dalam kejadian terpisah di Santo Domingo pada hari yang sama. Sebagian lainnya meninggal dunia setelah tersapu air banjir.
Sekitar 13.000 orang telah dievakuasi di seluruh negeri, menurut Pusat Operasi Darurat, dan sebagian besar dari 32 provinsi di negara tersebut berada dalam status siaga.
Beberapa daerah mengalami pemadaman listrik dan air minum.
Kelas-kelas telah ditangguhkan hingga Rabu, kata Abinader, “untuk mengevaluasi sekolah-sekolah yang mungkin terkena dampak” dan “menjamin keselamatan generasi muda kita.”
Empat orang yang tewas adalah warga negara AS, dan tiga orang berasal dari negara tetangga, Haiti.
Pada akhir Agustus, perjalanan badai Franklin melalui Republik Dominika menyebabkan dua orang tewas dan satu orang hilang, dan memaksa evakuasi sekitar 3.000 orang dari daerah yang kondisinya berbahaya. AFP PHOTO/Felix Leon Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News