Dhaka: Puluhan ribu warga Bangladesh berkumpul di Monumen Shaheed Minar, di pusat Dhaka, Jumat, 2 Agustus 2024, untuk menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Sheikh Hasina.
Di tengah guyuran hujan, kerumunan massa tersebut terus meneriakkan slogan-slogan seperti 'Satu tuntutan, satu permintaan; Kapan kamu akan pergi, Hasina?' dan 'Sang diktator harus pergi, dan demokrasi harus dipulihkan'.
"Kami turun ke jalan dengan satu tuntutan untuk pengunduran diri Hasina," kata Rashid Anwar, seorang karyawan LSM, kepada Anadolu.
Selama tiga pekan terakhir, negara Asia Selatan dengan populasi sekitar 170 juta itu berada dalam kekacauan akibat protes yang dipimpin oleh mahasiswa yang menuntut reformasi terhadap kuota pekerjaan PNS.
Meskipun pemerintah akhirnya membuat perubahan pada sistem kuota, tanggapan kekerasan terhadap protes tersebut mengakibatkan setidaknya 200 kematian, sebagian besar adalah mahasiswa dan warga umum.
Pada Jumat, Direktur Regional UNICEF Asia Selatan Sanjay Wijesekera melaporkan bahwa setidaknya 32 dari yang meninggal adalah anak-anak.
"UNICEF mengutuk semua tindakan kekerasan. Atas nama UNICEF, saya menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang berduka atas kehilangan anak-anak mereka," kata Wijesekera.
Analis politik Zahed Ur Rahman mengatakan kepada Anadolu bahwa ketidakpedulian pemerintah terhadap kematian itu dan upaya menyalahkan lawan politik atas kekerasan tersebut ketimbang menahan pelaku sebenarnya, telah memicu kemarahan publik.
"Pemerintahan Hasina percaya bahwa mereka bisa menenangkan protes melalui kekerasan dan penangkapan massal, namun tindakan ini justru memperburuk kerusuhan," tambahnya.
Meskipun sebagian besar protes pada Jumat di Dhaka tetap relatif damai, demonstrasi di pinggiran kota Uttara berubah menjadi aksi kekerasan ketika mahasiswa pendukung partai yang berkuasa dilaporkan menyerang para demonstran tanpa provokasi, mengakibatkan beberapa demonstran terluka. AFP PHOTO/Munir Uz Zaman Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News